29 Januari 2025

PEKAN BIASA III – RABU


Di mana dosa bertambah banyak, di sana rahmat pun melimpah
Pembacaan dari Khotbah Santo Bernardus tentang Kidung Agung

 

Di manakah ada tempat yang aman dan kuat bagi orang lemah untuk beristirahat, jika bukan di dalam luka-luka Sang Penyelamat? Benar, semakin yakin  bahwa itu tempatku yang aman,  semakin besar kuasa-Nya untuk menyelamatkan.  Di sana, keselamatan diukur dengan kuasa penyelamatan-Nya.  Dunia mengganas, tubuh memberatkan diriku, setan memasang jeratnya, tetapi aku tidak jatuh, karena aku didasarkan pada wadas yang kokoh.  Aku telah berdosa secara menyedihkan, hati nuraniku digoyahkan, tetapi aku tidak akan berputus asa, karena aku akan mengingat luka-luka Tuhanku. Sebab sungguh “Ia terluka karena pelanggaran-pelanggaran kita.”  Dosa apakah yang begitu mematikan, hingga tidak dapat diampuni oleh kematian Kristus? Kalau aku ingat akan obat yang begitu manjur dan mujarab, aku tidak dapat lagi  digentarkan oleh penyakit dahsyat apa pun juga.

Maka dari itu jelaslah, bahwa barangsiapa berkata, “Dosaku terlalu besar untuk dapat diampuni,” ia salah! Ia bicara seakan-akan dirinya bukan anggota Kristus dan tidak ikut ambil bagian dari pahala-Nya, sehingga dapat mengandalkan dan mengakui sebagai miliknya sendiri, sebagaimana anggota tubuh dapat mengakui apa yang menjadi milik kepala sebagai kepunyaannya.

Demikian, apa yang kurang padaku, dengan penuh keyakinan kuambil dari hati Tuhan yang penuh belas kasih, yang mengalirkan kasih setia dan memiliki saluran-saluran yang mengalirkan belas kasihan itu.  Mereka menusuk tangan dan kaki Tuhan, dan membuka lambung-Nya dengan tombak, hingga dari luka-luka itu aku dapat menghisap madu dari wadas itu dan minyak dari batu karang yang paling keras, yang berarti merasakan dan menyaksikan bahwa Tuhan itu baik.

Pemikiran Tuhan adalah pemikiran damai, dan aku tidak tahu akan itu, sebab “siapa yang tahu akan pemikiran Tuhan, atau siapa yang telah menjadi penasihat-Nya?” Namun, bagiku, paku yang menembus itu menjadi kunci yang membuka pintu, hingga aku dapat melihat kehendak Tuhan.  Bagaimanakah aku tidak akan melihat lewat lubang itu? Paku itu berseru, dan luka itu membuka mulutnya untuk menyerukan bahwa Allah sungguh ada dalam Kristus, memperdamaikan dunia dengan diri-Nya.  Pedang menembus jiwa-Nya dan sampai menyentuh jantung-Nya! Dengan demikian Ia sungguh dapat berbela rasa dalam  kelemahanku.

Melalui luka-luka suci pada tubuh-Nya, kita bisa  melihat rahasia hati-Nya.  Misteri agung cinta-Nya  terbuka, menampakkan hati Tuhan, penuh kelembutan belas kasih-Nya,  yang diungkapkan dengan nyata, mengunjungi kita laksana cahaya yang dari atas bersinar kepada kita.  Apakah mengherankan, bahwa hati Tuhan harus terbuka melalui luka-luka-Nya? Di mana, ya Tuhan, lebih jelas terpancar, daripada dalam luka-luka-Mu, bahwa Engkau, adalah lemah lembut dan rendah hati serta penuh belas kasih? Tidak ada orang yang kasihnya lebih besar daripada yang mempertaruhkan hidupnya bagi mereka yang sudah diserahkan kepada maut dan telah dijatuhi hukuman mati.

Belas kasih Tuhan itulah pahalaku.  Saya tidak pernah kehilangan pahala itu, selama Dia tidak kehilangan belas kasih-Nya.  Jika banyak belas kasih Tuhan, banyaklah juga pahalaku.  Bahkan kalau aku sadar akan banyaknya dosaku, bukanlah menjadi masalah! Dan kalau kasih setia Allah itu dari kekal sampai kekal, bukankah aku akan menyanyikan kasih setia-Nya untuk selama-lamanya? Dan bagaimana tentang kebenaranku sendiri? ‘Tuhan, aku hanya mau ingat akan kebenaran-Mu ! Sebab kebenaran-Mu jugalah kebenaranku; Allah telah menjadikan Engkau kebenaranku.