PEKAN BIASA III – KAMIS
Cintailah Tuhan, dan ikutilah jalan-Nya
Pembacaan dari khotbah Uskup Yohanes dari Napoli
“Tuhanlah cahaya dan keselamatanku; siapakah yang kutakuti?” Orang yang mengerti caranya mendapatkan cahaya, dan mengerti sumber asalnya, itulah murid yang baik. Ia melihat cahaya, bukannya cahaya yang memudar menjadi kegelapan, tetapi ‘cahaya yang tidak terlihat oleh mata’. Pikiran yang dibanjiri dengan cahaya ini tidak langsung jatuh ke dalam dosa atau tersandung dalam kejahatan.
Tuhan bersabda, “Berjalanlah, selama kamu masih mendapatkan terang.” Terang mana yang dimaksudkan-Nya, jika bukan Dia sendiri, yang berkata, “Akulah terang, yang datang ke dunia.” Ia datang, agar yang dapat melihat menjadi buta, dan yang buta mendapat terang. Inilah Tuhan, terang kita, surya kebenaran, yang sinarnya menerangi Gereja Katolik yang tersebar diseluruh dunia. Dialah yang diramalkan oleh nabi, ketika ia berseru, “Tuhanlah cahaya dan keselamatanku; siapakah yang kutakuti?”
Orang yang mendapatkan terang tidak jatuh tersandung dan tidak menyimpang dari jalan; ia tahu bagaimana bertahan dalam jalan itu. Orang yang sudah melihat tanah air tujuannya dari kejauhan, bertahan dalam kesulitan. Ia tidak dihambat oleh hal-hal dari dunia ini, tetapi ia dikuatkan dalam Tuhan; ia merendahkan dirinya serta bertahan, dan karena kerendahan hatinya, ia memiliki kesabaran. Terang sejati menerangi setiap orang yang datang ke dunia dan memberikan diri-Nya kepada mereka yang takut akan Dia. Ia mencurahkan terang kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan di mana pun Ia mau; Ia menyatakan diri-Nya kepada siapa yang dikehendaki oleh Putra.
Orang yang sebelumnya duduk di dalam kegelapan dan dalam bayangan maut, yang tinggal dalam naungan kejahatan dan bayangan dosa, tersentak bangkit, ketika terang itu terbit. Lalu dengan cermat ia mengamati dirinya sendiri, dan merasa malu; dengan menyesal ia berkata, “Tuhanlah cahaya dan keselamatanku; siapa yang kutakuti?”
Para saudara, memang inilah peristiwa penyelamatan yang besar. Orang yang diselamatkan ini tidak takut akan sakit, tidak gentar menghadapi jerih payah, tidak menghitung penderitaan. Maka dari itu kita harus berseru, tidak hanya dibibir, tetapi juga di dalam hati, dengan iman yang utuh sempurna: “Tuhanlah cahaya dan keselamatanku; siapa yang kutakuti?” Jika Tuhan yang menerangi, Tuhan yang menyelamatkan, siapa yang kutakuti? Meskipun kabut godaan timbul, Tuhan tetap menerangi aku! Mereka boleh datang, tetapi tidak akan menyesatkan kita. Mereka dapat menyerang hati kita, tetapi tidak akan menang. Meskipun nafsu buta mendatangi aku, namun Tuhan tetap menerangi aku! Sungguh, Tuhanlah kekuatan kita! Dia yang memberikan diri-Nya kepada kita. Maka marilah kita memberikan diri kita kepada-Nya. Bergegaslah pergi kepada tabibmu, selama kamu masih bisa; jangan sampai kamu terlambat, karena sudah tidak berdaya di saat kamu menginginkannya.