Yesus Dipersembahkan di Bait Allah

Hari ini kita merayakan pesta Yesus dipersembahkan di bait Allah.  Dalam tradisi monastik biasanya diadakan prosesi pada pesta ini untuk menghadirkan kembali prosesi pertama yang dibuat oleh Bapa Yosef dan Maria, Simeon dan Hana.  Kalau dulu Yesuslah yang dipersembahkan, lalu bagaimana dengan sekarang ini?  Apa yang bisa dan mau kita persembahkan?

Yesus adalah Kurban keselamatan bagi kita umat manusia; ini merupakan undangan bahwa kita pun bisa mempersembahkan yang terbaik dari yang kita miliki: diri kita sendiri.  Kita diberi 2 keping mata uang berharga yang dapat kita persembahkan yaitu: tubuh dan jiwa; kita dapat mempersembahkan secara total kurban ini dalam pujian.

Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan Allah, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup (Yeh. 33:11).  Jika Tuhan tidak menginginkan kematian kita, bagaimana mungkin kita tidak mempersembahkan hidup kita kepada-Nya dengan sukarela?  Inilah kurban penebus salah, kurban yang berkenan kepada Allah, kurban yang hidup.

Sesungguhnya di bait Allah itu ada tiga pribadi yang mempersembahkan diri, maka Tuhan pun meminta kepada kita persembahan tripel. Tiga pribadi itu adalah Bapa Yosef, Maria, dan Bayi Yesus.  Persembahan tripel yang mau kita persembahkan adalah: kesadaran penuh yang rendah hati akan kedosaan tubuh kita, semangat kemurnian kasih dalam jiwa, dan kesederhanaan roh (hati yang sederhana).  Demikian St. Bernardus menjelaskan kepada kita akan makna pesta ini dalam salah satu khotbahnya.

Jadi sekarang marilah kita bertanya diri apakah saya rela menyerahkan persembahan tripel yang Tuhan minta agar kelak bersama St. Simeon kita pun dapat berseru: “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.” (Luk. 2:29-32)