Menjadi orang yang dikasihi Allah

Pada hari Minggu biasa ke-V ini, kita diundang kembali untuk mengenangkan betapa bahagianya dipilih menjadi murid-murid Yesus.  Sebagaimana pengalaman kerendahan hati Nabi Yesaya dan St.Paulus pada bacaan hari ini, perjumpaan dengan Yesus membawa kepada suatu pengalaman betapa aku dikasihi dan sekaligus mengenal ketidakpantasan karena kedosaan kita.  Namun kasih Allah selalu lebih besar daripada keadaan kita.  Karena kita telah ditebus, Kristus telah mati bagi dosa-dosa kita.  Maka pengalaman betapa aku dikasihi mengantar pada kerinduan hati kita untuk membagikan kasih Allah – sukacita keselamatan itu kepada sesama.

Sebagaimana pengalaman Simon, kita akan gagal dan sia-sia, tak tahu arah jika kita mengandalkan usaha dan kekuatan sendiri tanpa melibatkan Yesus.  Maka perlu melibatkan Yesus secara mendalam dalam seluruh aktivitas hidup kita.

Santo Benediktus mengajar para rahibnya, kalau mau mulai melakukan suatu pekerjaan baik, memohon dengan sangat kepada Allah dalam doa, supaya Ia sudi menyempurnakan pekerjaanmu, supaya Allahlah yang dimuliakan dalam hidup kita.

Maka marilah kita masing-masing sebagai orang-orang yang dikasihi memeriksa diri kita:

  • Apakah aku sudah membagikan kasih-Nya yang cuma-cuma?
  • Bagaimana aku membagikannya?
  • Siapakah yang kuwartakan dan kubagikan itu?
  • Apakah motivasiku untuk berbagi kasih-Nya?
  • Bagaimana jika aku menghadapi tantangan dalam berbagi kasih-Nya

 

Tak lupa kita juga berdoa:
Tuhan kasihanilah kelemahanku dan ketidakmurnianku dalam berbagi,
namun aku selalu ingin berbagi kasih-Mu, seperti aku telah Kaukasihi.