Tuhanlah Kebahagiaan Sejati

Bacaan Injil hari ini, yang dikenal dengan Sabda Bahagia, merupakan pengajaran Yesus yang sangat kontroversial.  Kita sebagai manusia selalu menghendaki suatu kebahagiaan, maka diperlukan suatu pilihan hidup yang sungguh memberi kita kebahagiaan.  Bagaimana mungkin orang disebut bahagia tatkala hidupnya berada dalam kemiskinan, kelaparan, dan tangisan?  Apalagi jika ia masih dibenci, dikucilkan, dicela dan ditolak.  Pesan Sabda Bahagia menjadi sulit dicerna dan dihayati karena dunia juga menawarkan berbagai cara untuk mendapatkan kebahagiaan.  Sabda Bahagia menjadi bagaikan pintu sempit yang tidak banyak dilalui oleh manusia.

Namun tidak demikian halnya dengan mereka yang telah memahaminya.  Sejarah Gereja mengajak kita untuk sejenak menoleh ke belakang.  Walau jemaat Kristen awal mengalami banyak tekanan berat, mereka tidak meninggalkan Yesus.  Hidup mereka justru menjadi sebuah kesaksian besar bahwa di dalam Dia ada sukacita kebahagiaan.  Orang-orang kudus menggambarkan “pria dan wanita yang, taat pada rencana ilahi, terkadang menghadapi cobaan dan penderitaan yang tak terkatakan, penganiayaan dan kemartiran… bertekun dalam komitmen mereka… dan nama mereka tertulis di dalam buku kehidupan dan Surga adalah tempat tinggal kekal mereka.”

“Khotbah di Bukit ditujukan kepada seluruh dunia, masa kini dan masa depan.  Namun hal ini menuntut semangat kemuridan dan hanya dapat dipahami dan dijalani dengan mengikuti Yesus dan menemani Dia dalam perjalanan-Nya.”  Dengan mengijinkan Sabda Bahagia mempengaruhi kehendak kita dan menuntun tindakan kita, kehidupan menjadi sebuah perjalanan keluar dari diri sendiri menuju jalan kasih yang memberi diri kepada Tuhan dan sesama; ini adalah “jalan hidup yang sesungguhnya”.  Hanya melalui cinta kasih ini, yang dimungkinkan oleh Yesus dan digerakkan oleh Roh Kudus, kita dapat merasakan kekayaan sukacita dalam mempercayai Tuhan dan keagungan panggilan manusia.  Sabda Bahagia mengajak semua murid-Nya untuk menempatkan Tuhan di atas segalanya dengan hidup menurut standar yang telah digariskan-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku” (Mat. 16:24).

Marilah kita mohon rahmat Tuhan untuk bertekun mengikuti Dia walaupun harus melewati jalan sempit penderitaan dan pencobaan, namun akan menghantar kita kepada kebahagiaan sejati yang ada hanya di dalam Tuhan.