Sabda
-Bahasa Cinta-

Bacaan-bacaan Misa hari ini membawa kita merenungkan secara mendalam peran bahasa sebagai sarana mengungkapkan diri secara otentik.  Dikatakan: “Bagi orang baik, bahasa itu bagaikan sumber hidup” (Ams. 18:4), dan dilengkapkan dalam Injil: “karena yang diucapkan mulutnya meluap dari hatinya” (Luk. 6:45).

Hanyalah mungkin bagi kita mengungkapkan diri di hadapan Allah dan sesama secara otentik atas dasar pengenalan diri yang bersandar pada keyakinan teguh akan cinta kasih Allah.  Allah terus-menerus mengharapkan dari kita suatu keterbukaan untuk diubah agar kita menjadi sebagaimana Allah kehendaki ada kita.  Manusia-manusia bahagia, satu kehendak dengan Dia dan berada bersama di hadirat-Nya untuk saling berbagi rahmat serta berkat-Nya.

Allah mengkomunikasikan diri sejak awal mula keberadaan dengan menggunakan Kata; Sabda-Nya adalah Bahasa Cinta yang menjadikan segala sesuatu ada (Kej.1).  Melalui Inkarnasi, dalam kepenuhan waktu, Sabda ini dianugerahkan dan dipersatukan dalam diri manusia.  Melalui kesatuan dengan Sang Sabda dalam kehidupannya di dunia ini, manusia beroleh daya kemampuan untuk terarah pada sumber keberadaannya.

Keterarahan yang merupakan keterbukaan penuh pada pandangan kasih Allah, Penciptanya, merupakan jalan satu-satunya bagi manusia untuk menggapai kesatuan sempurna dengan sumber kebahagiannya.  Keterarahan ini juga yang memampukan manusia melalui ungkapan hatinya; menggunakan bahasanya untuk melaksanakan kehendak-Nya yaitu membangkitkan daya hidup bagi dirinya sendiri maupun bagi sesamanya.  St. Paulus memberi kriteria ungkapan bahasa manusia yang menyatu dengan Sabda ini dalam Madah Kasih: “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu.  Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.  Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.  Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.  Ia tidak bersuka cita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran, Ia menutupi segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu” (1Kor. 13:4-7).

 

Marilah kita semakin giat bergaul dengan Sabda – Bahasa Cinta-Nya.  Melalui kesetiaan dalam Lectio dan penghayatan Liturgi Gerejawi yang bersumber dan menuju pada Ekaristi, puncak ungkapan bahasa kasih Allah bagi manusia.  Agar melalui totalitas pemberian diri hidup kita di bumi melimpahkan buah-buah kehidupan yang membarui dunia.