Hari ke-4


Sabtu sesudah Rabu Abu


 

Berpuasa

Berpuasa bukan hanya sebuah disiplin alami dan etis bagi orang Kristiani.  Benar kalau Santo Paulus memunculkan suatu perbandingan klasik tentang atlit dalam latihannya, tapi tujuan puasa Kristiani bukan sekedar untuk menguatkan suatu sistem, untuk menghilangkan lemak-lemak yang tidak berguna, dan menjaga keseimbangan jiwa dan raga untuk Paskah.  Makna religius dari puasa Prapaskah lebih dalam dari itu.  Puasa kita dilihat dalam konteks kehidupan dan kematian, dan Santo Paulus membuat hal tersebut menjadi jelas dengan membuat tubuh sebagai subjek bukan hanya untuk kebaikan jiwa, tapi supaya manusia seutuhnya tidak dicampakkan.  Puasa mengambil bagian dalam karya keselamatan, dan disitulah misteri Paskah.  Orang Kristiani harus menyangkal dirinya, dengan cara berpuasa atau cara-cara lainnya, agar menjadi jelas partisipasinya dalam misteri pemakaman kita bersama Kristus supaya kita juga ikut bangkit bersama-Nya dalam hidup baru.


 

Berpuasa dari perkataan yang jahat

Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah, apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar makananmu sendiri dan memenuhi kebutuhan orang tertindas, maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari.  Tuhan akan menuntun engkau senantiasa dan memenuhi kebutuhanmu di tanah yang gersang, serta membarui kekuatanmu.  Engkau akan seperti kebun yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan.  Reruntuhan yang sudah berabad-abad akan kaubangun lagi dan dasar yang diletakkan oleh banyak keturunan akan kauperbaiki.  Engkau akan disebut “yang memperbaiki tembok yang bolong”, “yang memperbaiki jalan supaya seluruhnya layak huni.”

(Yesaya 58:9b-12)


 

Doa

Singkirkanlah dari hatiku lidah yang jahat yang tidak berbicara tentang perdamaian tapi hanya berbicara tentang perang dan kebencian.  Dengan rahmat-Mu, buatlah aku mengakui dosa-dosa yang berasal dari mulutku, kejahatan yang kulakukan begitu saja melalui kata-kata yang jahat.  Pada masa Prapaskah ini, buatlah aku berpuasa dari semua pembicaraan yang menghancurkan sesamaku, mencerca orang yang kuanggap sebagai musuhku, dan menciptakan perpecahan dalam komunitas.  Tuhan, buatlah mulutku sebagai alat pembawa damai-Mu.


 

Jurnal Prapaskah

Bagaimana kamu “berpuasa” dari pikiran-pikiran dan perkataan-perkataan yang menyakiti orang lain, komunitas, dan dirimu sendiri?