30 Maret 2025

MINGGU PRAPASKAH IV


Aku telah mengembara jauh, namun Engkau ada di sini
Pembacaan dari “Komentar tentang Mazmur 138” oleh St. Agustinus

 

“Dari jauh Engkau mengenal pikiranku, Engkau tahu bila aku berjalan atau berbaring.  Segala tingkah lakuku Kaumaklumi” (Mzm 138:2-3).  Mengapa dari jauh?  Sementara aku masih di perjalanan, sebelum sampai di atas sana, di tanah air surgawi, Engkau telah mengenal pikiranku.  Engkau menunggu dengan cemas si anak bungsu, karena dia pun telah menjadi tubuh Kristus, Gereja yang datang dari segala bangsa.  Si anak bungsu sesungguhnya telah mengembara jauh.  Seorang bapa keluarga mempunyai dua anak laki-laki; yang sulung tidak pergi jauh, tetapi bekerja di ladang; yang melambangkan para kudus yang di masa Hukum Taurat memenuhi kaidah dan aturan hukum.  Tetapi kemudian dengan berpaling pada penyembahan berhala umat manusia telah mengembara jauh.  Apa yang begitu jauh dari Penciptamu seperti gambaran yang telah kauciptakan sendiri tentang Dia?

Si anak bungsu telah pergi ke tempat yang jauh, dengan membawa seluruh harta miliknya, dan seperti kita ketahui dari Injil di sana ia memboroskan uangnya dengan hidup berfoya-foya; setelah ditimpa kelaparan, ia bekerja pada seorang majikan di negeri itu, yang menyuruhnya bekerja di ladang untuk menjaga babinya; lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas makanan babi itu, tetapi tak seorang pun memberikannya.  Lalu setelah mengalami kelelahan, kesulitan, kesusahan serta kemalangan, ia ingat akan bapanya dan memutuskan untuk kembali kepadanya seraya berkata: “Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku” (Luk. 15:18).

Kenalilah suaranya yang berkata: “Engkau mengenal aku bila aku duduk atau berdiri” (Mzm. 138:20).  Aku telah duduk dalam kemalangan, aku akan bangkit dengan kerinduan akan rejeki-Mu.  “Dari jauh Engkau mengenal pikiranku”: karena itu Tuhan bersabda di dalam Injil bahwa: “Ayahnya itu berlari mendapatkan dia” (Luk. 18:20).  Karena telah mengenal dari jauh pikiran-pikiran anaknya, maka tepatlah pernyataan: “Engkau mengenal aku bila aku berjalan atau tidur”.  Jadi Engkau mengenal jalanku yang menyimpang, yang telah kuikuti untuk mengembara jauh dari bapa, yang seolah-olah tersembunyi dari mata seseorang yang dapat menghukumnya?  Tetapi tidak akan mungkin dia dilelahkan oleh kemalangan itu, atau pun dibiarkan menjaga babi, jika bapa itu tidak ingin menghukumnya guna mendapatkannya kembali dekat padanya.

Karena itu, seperti seorang pelarian yang tertangkap, yang dikejar oleh hukuman Allah yang tepat, yang menghukum kita kemana saja kita pergi dan dimana saja kita berada, dia berseru: “Engkau tahu bila aku berjalan atau tidur.  Engkau mengenal segala jalanku”.  Sebelum aku berjalan menjauh daripada-Mu, Engkau telah mengetahui sebelumnya; dan Kaubiarkan aku menuruti jalanku sendiri dengan penuh sengsara, sampai akhirnya, aku kembali mengikuti jalan-Mu, agar tidak terus menderita.

Dikatakan: “Tidak ada dusta dalam mulutku” (Mzm. 138).  Mengapa?  Inilah sebabnya, aku mengaku: aku telah mengikuti jalanku sendiri, aku menjadikan diriku asing bagi-Mu; aku menjauh daripada-Mu dengan hal-hal yang kukira baik bagiku, tetapi ternyata tanpa Engkau, menjadi buruk bagiku.  Seandainya aku dapat menjadi baik tanpa Engkau, mungkin aku tak akan kembali kepada-Mu.  Karena itu dengan mengakukan kesalahannya, orang itu berbicara atas nama tubuh Kristus yang dibenarkan, bukan oleh dirinya sendiri, tetapi karena rahmat-Nya; karena  itu dikatakan: “Tidak ada dusta dalam mulutku”.