Hari ini Gereja merayakan kelahiran St Yohanes Pembaptis. Di antara semua Santo-Santa yang kita rayakan sepanjang tahun, hanya Yohanes Pembaptis yang tanggal kelahirannya secara liturgis dirayakan sebagai Hari Raya. Ia lahir sebagai bentara Tuhan, pendahulu Tuhan yang kelahirannya dikisahkan dalam Injil (lih. Luk 1:36). Bagi para rahib dan rubiah, ia dikenal sebagai pelindung mereka. Banyak hal yang dapat diteladani dari hidupnya: kerendahan hatinya, keberaniannya hidup dalam kebenaran dan menanggung resiko kematian demi menegakkan kebenaran, kesederhanaannya, dan lain sebagainya. Karya Allah dalam dirinya sungguh agung.
Mat 11:11 mengatakan bahwa tidak ada orang lain yang dilahirkan lebih besar dari Yohanes Pembaptis. Elizabeth dan Zakharia sudah tua dan Elizabeth mandul, tetapi pada masa tua mereka, malaikat Gabriel menampakkan diri kepada Zakharia waktu bertugas di Bait Allah, menyampaikan kabar gembira tentang kelahiran putra mereka, dan karena tidak percaya, Zakharia bisu sampai hari kelahiran putranya.
Sesudah lahir dan saat memberi nama kepada sang putra, mulut dan lidah Zakharia terbuka dan keluarlah pujian “Kidung Zakharia” dan kemampuannya untuk memuliakan Allah diperbarui. Kedua suami istri itu memberi nama kepada sang putra sesuai dengan pesan malaikat Gabriel dan semua keluarga dan tetangga yang hadir heran dan bersukacita karena Tuhan telah menunjukkan belas kasih-Nya dan berkata: ”menjadi apakah anak ini nanti sebab tangan Tuhan menyertai dia?” (lih. Luk 1:66).
Masyarakat percaya bahwa Yohanes adalah Kristus karena keagungannya, sementara beberapa orang lain mengira bahwa Tuhan kita bukanlah Kristus, melainkan seorang Nabi karena kelemahan daging-Nya. Yohanes sendiri mengatakan rahasia arti perbedaannya waktu ia mengatakan: ”Ia harus semakin besar, tetapi aku menjadi semakin kecil. Aku bukan Mesias…” (lih. Yoh 3:28, 30).
Kata “Yohanes” berarti “rahmat Allah”. Kepribadiannya sungguh mengajak kita merenungkan: bagaimanakah kita sebagai orang Kristiani? Apakah hati kita juga terbuka untuk membiarkan rahmat Allah berkarya dalam hidup kita, sehingga kita dapat mewartakan karya agung-Nya dalam kejujuran, kesederhanaan, kerendahan hati dan kebenaran?
Marilah kita mohon rahmat-Nya untuk mengubah hati kita sehingga kita dapat menundukkan ego, kesombongan, keinginan menjadi yang utama dan merelakan hati kita menjadi tempat kediaman Roh Kudus.