Bersyukur adalah ungkapan nyata seseorang yang hidup dalam Roh – hidup dalam pertobatan. Selain syukur dan terima kasih yang meminta pertobatan kita, iman juga meminta pertobatan. Karena iman bukan sesuatu yang abstrak. Hidup dalam Roh berarti menghidupi anugerah iman, ini berarti hidup hari demi untuk rela diubah: selera, mindset, penilaian, kriteria dan keinginanku.
Dalam hidup monastik, para Bapa menekankan pentingnya stabilitas dalam hidup pertobatan, ini berarti tetap tinggal di tempat yang telah ditentukan, hidup bersama dengan saudara atau saudari sepanggilan. Salah satu alasan utamanya untuk melindungi para rahib/rubiah terhadap godaan untuk “melarikan diri” dari kenyataan dan membantunya tetap tinggal dalam pertobatan; merelakan hati nurani dididik oleh Sabda dan kenyataan hidup bersama – tempat kehadiran Tuhan yang nyata. Pada saat-saat krisis yang tak terelakkan dihadapi dengan mengingat Sabda-sabda-Nya daripada dikuasai oleh berbagai macam pikiran dan perasaan. Ingatan akan Sabda inilah yang dimaksud dengan ‘doa terus menerus’ yaitu doa yang menjadi hidup. Karena hanya rahmat-Nya yang membuat kita bertahan; tinggal tanpa lari dalam situasi apapun.
Dikatakan juga dalam Peraturan Santo Benediktus bahwa kita perlu “menghadirkan maut setiap hari” ini berarti kita perlu mengingat hari kematian kita setiap hari – hal ini penting untuk memberi kesadaran/ingatan akan tujuan akhir kita yaitu hidup kekal – ingatan ini juga membantu kita untuk hidup takwa. Sadar bahwa Allah adalah Pencipta dan kita manusia adalah ciptaan tanpa jasa. DIA telah menciptakan kita dan menganugerahkan segala-galanya bagi kita karena KASIH, agar kita dapat hidup dengan baik dihadapan-Nya, dapat belajar mengasihi Dia, dan dapat memurnikan hidup demi Dia yang adalah Kudus. (Santo Bernardus).
Proses belajar ini akan terjadi seumur hidup kita sampai nafas terakhir. Jangan takut! Karena berkat daya Tubuh dan Darah Kristus yang kita sambut dalam Ekaristi, kita akan dimampukan untuk menjadi ‘hosti’ dalam kesatuan dengan Dia. Bahkan pun dalam kekecilan dan ketidakberdayaan kita, kita dimampukan untuk mempersembahkan diri bagi kemuliaan Allah Bapa dan bagi keselamatan jiwa-jiwa.
Marilah kita bersyukur dan berterima kasih kepada-Nya, serta membalas cinta kasih Allah dengan mempersembahkan seluruh hidup kita kepada-Nya, merelakan diri dimurnikan agar semakin serupa dengan Kristus ungkapan kasih Bapa kepada kita manusia.