Allah berkenan memberikan anugerah talenta kepada setiap manusia dan memanggil manusia menurut kehendak-Nya. Thomas Merton dalam bukunya “No man is an island” mengatakan bahwa manusia hidup bersama orang lain dan mendapatkan arti tentang dirinya hanya melalui dan dengan sesama-nya meskipun pada saat yang sama sebelum pergi kepada sesama, kita harus pertama-tama mendapatkan diri sendiri. Arti hidupku tidak dicari dalam jumlah total prestasiku sendiri. Ini hanya kelihatan dalam kesatuan sempurna keberhasilanku dan kegagalanku dengan keberhasilan dan kegagalan generasiku, masyarakat dan waktu. Setiap orang bertanggung jawab untuk membagikan diri dan talentanya dalam hidup dengan seluruh tubuhnya dan di atas semua ini tampak dalam kesatuanku dengan misteri Kristus. Kita perlu setia menanggapi panggilan Tuhan untuk hidup menurut kehendak-Nya dan menemukan arti diri dan hidup kita. Kesetiaan membutuhkan ketulusan hati, cinta dan kebenaran. Ketulusan hati merupakan kesetiaan kepada kebenaran. Kesetiaan menjadikan kita setia kepada diri sendiri, kepada Allah dan kepada kenyataan di sekitar kita. Ketulusan hati meletakkan suatu kewajiban untuk mewujudkan kebenaran dan mempertahankannya.
Seluruh hidup Yesus menjadi model kesetiaan. Ketulusan hati-Nya dan cinta-Nya kepada Bapa dan manusia tampak dalam mendengarkan, melakukan tugas perutusan-Nya hingga akhirnya memeluk salib dan penderitaan demi Bapa dan keselamatan umat manusia. Bagaimanakah dengan kita? Apakah kita setia melakukan hal-hal kecil dan besar yang dipercayakan Allah kepada kita, melalui berbagai talenta yang dipercayakan kepada kita masing-masing? Dan yang lebih besar lagi, apakah kita setia memeluk panggilan kita masing-masing entah sebagai awam atau sebagai religius?
Marilah kita merefleksi diri kita masing-masing dan berdoa:
”Tuhan, dalam hidup ini aku sering tidak setia melakukan apa yang Engkau minta dan berikan kepadaku. Aku belum dengan sepenuh hati dan cinta memeluk perutusan-Mu kepadaku, entah sebagai awam atau sebagai religius. Aku sering tidak sepenuh hati menggunakan talenta yang Engkau berikan kepadaku demi Engkau dan sesama, atau aku hanya menggunakannya demi egoku sendiri. Utuslah Roh-Mu untuk mengubah hatiku agar aku keluar dari diriku sendiri menuju Engkau dan sesama.”