Umat kristiani sering berbicara tentang rahmat. Kita mohon rahmat sebelum makan. Kita mendengar kata rahmat dalam doa-doa atau dalam perayaan Ekaristi. Kita mohon rahmat dalam doa permohonan kita, bahkan kita menyanyi tentang rahmat dalam lagu “Amazing grace”. Tetapi sebenarnya apa rahmat itu? Dan apa yang dibuatnya dalam hidup kita?
Putra Allah datang ke dunia untuk menyelamatkan kita dan sekarang melalui rahmat-Nya, Ia menggerakkan, mendorong dan membimbing kita. Rahmat menguatkan kita untuk melakukan sesuatu yang tidak dapat kita lakukan dengan kekuatan sendiri. Rahmat menyembuhkan kelemahan-kelemahan, luka-luka dan dosa-dosa kita, melalui suatu proses yang pelan, terus menerus dan lembut. Keberadaan kita diubah menjadi lebih serupa dengan Yesus berkat rahmat yang dicurahkan oleh Yesus Sang Putra Allah.
Apakah kamu sedang berjuang dalam hidupmu? Apakah ada relasi-relasi yang tidak berjalan dengan baik? Adakah kelemahan-kelemahan tertentu yang menghalangi kamu untuk menjadi pribadi sesuai kehendak Allah? Jika kamu sedang mengalami itu semua, datanglah pada-Nya dan mohonlah rahmat-Nya, rahmat kesembuhan, rahmat pemulihan, rahmat pendamaian, seperti sepuluh orang kusta yang datang pada Yesus untuk minta disembuhkan.
Rahmat memampukan kita untuk hidup dan mencintai secara adikodrati – melampaui apa yang secara kodrat kita tidak dapat melakukannya. Maka jika kamu ingin hidup lebih dalam, jika kamu ingin mencintai Allah, teman-teman secara penuh, perlu mohon rahmat-Nya untuk membantu kamu. Melalui Yesus yang hidup di dalam dirimu, kamu dapat mulai mencintai Allah dan semua orang dalam cara yang engkau sendiri tidak mampu membuatnya, sebab Yesus di dalam dirimu yang mencintai mereka. Itulah mengapa kita perlu mencari rahmat Allah dalam hidup kita sehingga kita menjadi lebih serupa dengan Yesus.
Kita bertumbuh dalam rahmat melalui sakramen-sakramen Gereja, melalui hidup doa yang teratur dan melalui kerjasama dengan rahmat itu sendiri. Semakin kita menanggapi rahmat Allah, semakin Dia akan memberi rahmat-Nya pada kita. Dan jika kita terus bertumbuh dalam rahmat Allah, kita akan diubah sehingga kita dapat berkata bersama Santo Paulus, “Bukan aku lagi yang hidup, tetapi Kristuslah yang hidup di dalam aku.”
Marilah kita terus memohon rahmat-Nya agar kita dimampukan untuk semakin mencintai Dia dan sesama kita sepenuhnya. Mintalah rahmat kesembuhan dari kusta-kusta kita dan sesudah disembuhkan datanglah kembali kepada Tuhan untuk bersyukur dan memuji atas mukjizat kesembuhan-Nya.