HARI RAYA SEMUA
ORANG KUDUS

Allah selalu datang kepada kita melalui iman orang lain yang telah mendahului kita dan mewariskan iman tersebut kepada kita. Merekalah yang disebut Gereja, baik di bumi maupun di surga. Dengan melihat, mendengarkan dan memperhatikan kesaksian iman mereka kepada Allah, kita mengalami sendiri bagaimana Allah itu begitu nyata di dunia ini. Kerinduan kita untuk bertemu dan bersatu dengan Dia di surga, seperti yang dialami oleh semua orang kudus, semakin dikuatkan. Kita mau seperti mereka, bersatu dengan Tuhan selama-lamanya.

Salah satu cara untuk menguatkan kerinduan untuk bersatu dengan Allah di dunia ini adalah dengan berdoa. Kalau kita berdoa, kita tidak pernah sendirian. Di saat kita merasa tidak tahu atau tidak bisa berdoa, kita harus ingat bahwa ada banyak orang kudus yang kita kenal maupun tidak, yang juga berdoa bersama kita. Setiap doa, yang diarahkan kepada Allah, melalui perantaraan doa para kudus, di dalam Kristus, bagaikan sebuah bola yang dilemparkan oleh seorang anak kecil kepada ibu atau ayahnya, supaya bola itu dapat dilemparkan ke tempat yang lebih jauh, tempat yang sebenarnya ingin dituju oleh si anak. Para kudus memberi kekuatan kepada doa kita supaya sampai kepada Allah.

Para Kudus juga mengingatkan kita bahwa berdoa juga berarti membiarkan diri dipandang oleh Allah. Bunda Maria menyatakan dalam Magnificatnya, “Tuhan memperhatikan kerendahan hamba-Nya.” Kita pertama-tama perlu memberi waktu dan ruang untuk membiarkan diri diperhatikan Tuhan. Kitab Kebijaksanaan 11:23-26 mengajarkan kita bahwa manusia tidak akan ada, kalau Allah tidak memandangnya tanpa henti dengan kasih. Membiarkan mata Tuhan bertemu dengan mata kita supaya Ia menembus hati kita yang terdalam dengan kelembutan-Nya, bukankah itu merupakan keintiman yang kita rindukan yang membuat jiwa kita bersuka cita? “Siapakah aku dan siapakah Engkau, Tuhan?”, tanya St. Katarina dari Siena. “Engkau bukan apa-apa, Aku adalah Segalanya,” jawab Allah. Mengalami bahwa Allah yang adalah Segalanya membungkuk kepadaku, orang yang bukan apa-apa ini, adalah cicipan kebahagiaan yang telah dialami oleh para kudus.

 

Semoga kita pun mengalaminya dan menjadi sumber kebahagiaan hidup kita di dunia ini.