PEKAN II ADVEN – RABU
Janji Tuhan diberikan kepada kita melalui Putra
Pembacaan dari Uraian St. Agustinus tentang Mazmur
Tuhan menentukan waktu untuk janji-janji-Nya, dan waktu untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan itu. Waktu untuk janji-janji-Nya itu sejak jaman para nabi sampai Yohanes Pembaptis; dan waktu untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan itu dimulai dengan Yohanes Pembaptis dan selanjutnya sampai akhir.
Tuhan itu setia. Ia membuat diri-Nya sebagai orang berhutang, tidak karena meminjam sesuatu dari kita, tetapi dengan menjanjikan rahmat besar kepada kita; janji saja belum cukup. Ia bahkan memilih diikat dengan tulisan, menciptakan semacam ikatan perjanjian dengan kita; hingga ketika Ia mulai melaksanakan janji-Nya, kita dapat melihat dari Kitab urutan pelaksanaannya. Maka jaman para nabi, seperti sudah kerap kami katakana sebelum ini, merupakan pemberitahuan janji.
Ia menjanjikan keselamatan kekal, dan kebahagiaan tidak ada habisnya dengan para malaikat, warisan yang tak akan pudar, kemuliaan selama-lamanya, wajah-Nya sendiri yang tercinta, kediaman-Nya suci di surga, dengan kebangkitan dari maut, bebas dari ketakutan akan maut. Ini seolah-olah janji-Nya yang terakhir; ke sana semua usaha kita diarahkan, dan kalau kita sudah mencapai itu, kita tidak akan mencari sesuatu yang lain lagi, tidak minta yang lain lagi. Dan Ia juga tidak dengan diam-diam melewatkan dalam janji dan nubuat-Nya itu, bagaimana keadaan akhir nanti akan tercapai.
Kepada manusia Ia menjanjikan kodrat ilahi; kepada orang yang dapat mati; keadaan luput dari maut; kepada orang berdosa; kebenaran, kepada orang buangan; hidup dalam kemuliaan. Tetapi janji Tuhan, bahwa dari kematian dan kebinasaan, dari keadaan lemah dan hina, dari debu dan abu manusia akan menjadi sama dengan para malaikat Allah, nampaknya tak dapat dipercayai oleh orang. Maka Ia tidak hanya membuat perjanjian tertulis dengan mereka, hingga mereka dapat percaya, tetapi Ia juga memberikan pengantara untuk menjamin perjanjian-Nya. Dan ini bukannya seorang raja, seorang malaikat atau mahamalaikat, tetapi Putra Tunggal-Nya. Dengan perantaraan Putra itu Ia bermaksud menunjukkan dan menyatakan jalan, yang harus kita tempuh untuk mencapai tujuan yang Ia janjikan. Bahkan tidak cukup bagi Tuhan, memberikan Putra-Nya kepada kita hanya untuk menunjukkan jalan, Ia menjadikan Putra-Nya sendiri jalan, hingga kamu dapat mengikuti Dia sebagai penunjuk jalan kalau Ia berjalan dengan cara-Nya sendiri.
Putra Tunggal Allah harus datang kepada manusia untuk mengenakan kodrat manusia, dan dengan apa yang dikenakan menjadi manusia. Ia harus mati, bangkit lagi, naik ke surga, duduk di sebelah kanan Bapa, dan melaksanakan di antara para bangsa apa yang telah Ia janjikan. Setelah melaksanakan janji-Nya di antara para bangsa, Ia harus melaksanakan janji akan datang kembali. Lalu Ia akan datang menuntut apa yang Ia berikan sebelumnya, dan memisahkan bejana murka, dari bejana belas kasih, membalas kepada yang fasik seperti yang telah diancamkan, dan kepada yang saleh apa yang telah dijanjikan-Nya.
Seluruhnya ini harus dinubuatkan, diberitahukan sebelumnya, harus dinyatakan bahwa nanti akan terjadi. Tidak perlu mengejutkan dan menggentarkan, tetapi harus dipercayai dan dinanti-nanti.