11 Desember 2025

PEKAN II ADVEN – KAMIS


Cinta ingin melihat Tuhan

Pembacaan dari Khotbah St. Petrus Krisologus

 

Ketika Tuhan melihat dunia goyah menuju kebinasaan karena takut, Ia tak henti-hentinya berusaha untuk menarik kembali dengan cinta, mengundangnya dengan rahmat, memegangnya kuat dengan kasih dan menjalinnya erat dengan kemesraan.

Maka dunia yang menjadi tua dalam kejahatan dibasuhnya bersih dengan air bah pembalas.  Ia memanggil Nuh untuk menjadi bapa dunia baru, berbicara kepadanya dengan lembut, dan memberinya kepercayaan penuh kasih, Ia memberikan bimbingan secara halus tentang hal-hal yang sekarang, dan menghiburnya dengan harapan baik akan hari-hari mendatang.  Ia tak memberikan perintah-Nya, tetapi Ia ikut serta dalam usaha membawa semua makhluk hidup di dunia masuk ke dalam bahtera.  Dengan cara ini cinta yang bekerja bersama harus membuang jauh rasa takut yang disebabkan karena perbudakan lama.  Yang sekali diselamatkan karena cinta bersama, harus dilangsungkan dengan persatuan cinta.

Tuhan memanggil Abraham dari tengah bangsa-bangsa dan membuat namanya besar.  Ia juga membuatnya menjadi bapa orang-orang yang percaya, mengikutinya dalam semua perjalanan, dan melindunginya di antara bangsa-bangsa asing.  Ia memperkaya dengan harta milik, menghormatinya dengan kemenangan dan mengikatnya dengan janji pada diri-Nya.  Ia melepaskan dia dari bahaya, memperhatikannya sebagai tamu, dan membuat dia kagum karena putra, yang tidak diharapkannya lagi.  Ini semua dikerjakan agar Abraham yang dipenuhi dengan kurnia-kurnia begitu banyak, dan tertarik dengan kasih Allah yang begitu lembut, belajar mencintai Tuhan dan tidak lagi takut kepada-Nya, menyembah Dia dengan cinta dan tidak bergetar ketakutan.

Ia menguatkan Yakub yang melarikan diri, sewaktu ia tidur.  Pada perjalanannya pulang, Ia menantang dia untuk bergulat dan menyergap dia dengan tangan dalam pergumulan.  Ini dimaksud untuk mengajar dia mencinta dan tidak takut akan Bapa yang mengajak bergulat.  Ia mendorong Musa untuk membebaskan bangsanya, memanggilnya dengan suara Bapa dan berbicara kepadanya dengan cinta Bapa.

Peristiwa-peristiwa yang kita kenangkan tadi, di mana hati manusia dikobarkan dengan api cinta Tuhan dan perasaan meluap dilimpahi oleh cinta, mengarahkan manusia yang dilukai oleh cinta, dan pada permulaan berkeinginan untuk melihat Tuhan dengan mata inderawi.

Bagaimana penglihatan manusia yang serba sempit dapat merangkum Tuhan, yang tak dapat dimuat oleh dunia?  Hukum cinta tidak berpikir tentang apa yang akan terjadi, apa seharusnya atau apa yang dapat terjadi.  Cinta tidak tahu pertimbangan budi, melampaui cara berpikir, dan tidak mampu membatasi diri.  Cinta tidak dilemahkan dorongannya kalau ternyata sasarannya tidak mungkin tercapai, dan tidak dipudarkan karena banyaknya rintangan.

Kalau cinta tidak mencapai apa yang diharapkan maka ini akan membunuh si pencinta.  Jadi cinta berjalan menurut dorongannya, tidak menurut keharusannya.  Cinta membangkitkan keinginan yang jadi berkobar-kobar, hingga menembus jalan yang dilarang.  Cinta tidak bisa dilarang melihat yang ia cintai.  Inilah sebabnya, maka orang-orang suci beranggapan, bahwa semua yang sudah diperoleh itu tidak berarti jika mereka tidak dapat melihat Tuhan.

Maka dari itu, yang ingin melihat Tuhan, memiliki semangat bakti meskipun ia kurang mengerti.  Maka dari itu Musa berani berkata, “Jika aku mendapat kasih dihadapan-Mu, tunjukkanlah wajah-Mu kepadaku.”  Dan itu sebabnya orang lain berkata, “Tunjukkanlah wajah-Mu.”  Akhirnya itulah sebabnya, mengapa para bangsa membuat patung arca.  Pada barang-barang tipuan ini mereka ingin melihat dengan mata sendiri, apa yang mereka sembah.