PEKAN II PRAPASKAH – SENIN
Manfaat Doa
Pembacaan dari Khotbah ke-V St. Bernardus tentang Masa Prapaskah
Si musuh bisa menyalakan api godaan tetapi tergantung dari kamu menyetujui atau menolak godaan itu. Kalau kamu mau, kamu punya kuasa untuk menjadikan iblis hambamu, agar segalanya bagimu bekerjasama untuk kebaikan. Lihatlah, si musuh mengobarkan keinginanmu akan makanan, membisikkan pikiran-pikiran sombong, kurang sabar atau penuh nafsu: janganlah kamu menyetujuinya! Dan setiap kali kamu dapat bertahan akan mendapat pahala.
Memang benar, saudara-saudara, bahwa hal-hal demikian sangat mengganggu dan bahaya. Tetapi lewat perjuangan, kalau kita bertahan secara kuat, dari kehendak kita yang baik akan lahir semacam ketenangan. Kalau kita menyadari pikiran-pikiran buruk itu dalam akal budi kita, dan tidak menahan kehadiran mereka tetapi dengan segera jiwa kita berjuang melawan mereka, saya kira bahwa si musuh langsung kalah, mundur, dan tidak akan kembali lagi. Tetapi siapakah kita ini atau manakah kekuatan kita untuk dapat bertahan menghadapi begitu banyak godaan? Inilah yang dikehendaki Allah; yaitu dengan melihat kelemahan kita dan bahwa kita tidak punya penolong yang lain, kita lari dengan segala kerendahan hati kepada belas kasihan-Nya. Karena itu, saudara-saudara, saya mohon agar kalian selalu mengunakan tempat pengungsian yang paling aman yaitu doa.
Tetapi setiap kali saya berbicara tentang doa, sepertinya saya mendengar dari hati kalian suatu cara berpikir manusiawi belaka, yang sering saya dengar dari orang-orang lain juga, dan kadang-kadang saya alami juga dalam hatiku. Mengapa? Juga bila kita tidak berhenti berdoa, rupanya kita jarang atau dan dengan susah-payah kita mengalami apakah buah dari doa kita? Rupanya kita tidak mendapatkan manfaat dari doa kita. Tidak ada jawaban, sepertinya usaha kita sia-sia. Tetapi apakah yang dikatakan Yesus dalam Injil? “Jangan menghakimi menurut apa yang nampak, melainkan hakimilah dengan adil.” Adakah penghakiman yang adil, selain penghakiman iman? Karena “Orang yang benar hidup oleh iman.” Jadi, ikutilah pertimbangan iman dan bukan pengalamanmu. Karena iman adalah benar, tetapi pengalamanmu salah. Kebenaran iman adalah sebagaimana yang dijanjikan oleh Putera Allah sendiri: yaitu “apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.”