PEKAN II PRAPASKAH – KAMIS
Orang benar jatuh di dalam tangan Allah
Pembacaan dari Khotbah Ke-II St. Bernardus tentang Mazmur 90
“Barangsiapa duduk dalam lindungan yang Mahatinggi”, dapat berkata kepada Tuhan: “Engkaulah tempat perlindungan dan kubu pertahananku, yang kupercayai.” Dia akan berkata demikian sambil bersyukur karena menyadari bahwa dia berhutang budi terhadap belas kasih Tuhan atas dua anugerah yang diberikan kepadanya. Karena barangsiapa masih membutuhkan pertolongan Ilahi selama berjalan menuju Kerajaan, sering, harus melarikan diri dan kadang-kadang tergelincir dan jatuh. Selama kita masih hidup dalam tubuh ini, tidak mungkin tidak kita harus melarikan diri terhadap godaan-godaan yang mengejar kita. Karena kalau kita tidak melarikan diri dengan cepat, kita dijatuhkan dengan keras. Tetapi Tuhan siap untuk menolong kita. Dialah yang membangunkan kita agar meskipun kita sudah jatuh, tidak terlalu sakit.
Jadi, bila kita menyadari dalam hati kita ada gejala-gejala godaan yang mendekat, marilah kita berlari tanpa keraguan, kepada Dia sambil mohon dengan rendah hati pertolongan-Nya. Dan bila godaan mengejutkan kita, seperti bila kita menunggu terlalu lama untuk mencari pertolongan, kita harus mengusahakan agar tangan Tuhan sendiri juga dapat membangunkan kita lagi. Selama kita di dunia ini tidak mungkin tidak jatuh. Ada orang yang kalau jatuh tidak dapat bangun dan tetap berbaring di tanah dalam keadaan buruk. Tetapi ada juga yang tidak demikian, karena Tuhan telah menolong mereka dengan tangan-Nya.
Bagaimana kita dapat membedakan seperti yang dilakukan Tuhan di antara anak domba dan kambing jantan; antara orang benar dari orang berdosa, kalau orang benar pun jatuh 7 kali sehari? Sebetulnya, perbedaan terletak di sini: orang benar dibangunkan oleh Tuhan jadi dia bangun lebih kuat; sebaliknya orang berdosa kalau jatuh tidak ingin bangun kembali dengan cepat melainkan membiarkan diri dikuasai oleh rasa malu yang jahat atau oleh ketidak-pekaan moral. Dia itu akan mencoba membenarkan kesalahan-kesalahannya dan mungkin akan menjadi tidak malu lagi tentang dosanya seperti seorang pelacur. Dan karena telah hilang ketakwaan akan Allah, tidak akan menerima teguran lagi, tetapi seperti Sodom, akan menawarkan dosanya secara publik.
Orang benar jatuh dalam tangan Allah dan terjadi dengan cara mujarab bahwa justru dosa itu membantu dia menjadi lebih baik. Bukankah setiap kali kita jatuh dibawa untuk menjadi lebih baik, kalau kita rela menjadi lebih rendah hati dan penuh perhatian? Bukankah bahwa tangan Allah siap menolong yang tergelincir, kalau kerendahan hati mendukung dia? Jiwa yang percaya dapat berkata: “Engkaulah kubu pertahananku”. Segalanya mewartakan: “Engkaulah Pencipta kami”. Setiap makhluk hidup dapat mengatakan: “Engkaulah gembalaku”. Setiap manusia dapat menyaksikan: “Engkaulah Penebusku”. Dan lebih-lebih orang yang percaya pada Tuhan dapat mengatakan: “Engkaulah penolong dan tempat perlindunganku”.