PEKAN BIASA XVII – KAMIS
Gereja adalah mempelai Kristus
Pembacaan dari ajaran St. Sirilus dari Yerusalem kepada para calon baptis
Gereja ‘Katolik’ : demikianlah nama yang tepat bagi Gereja kudus, yang adalah ibu kita semua. Gereja juga adalah mempelai Tuhan kita Yesus Kristus, Putra Allah yang tunggal. Sebab ada tertulis di dalam Kitab Suci, ‘Kristus mencintai Gereja dan menyerahkan diri baginya.’ Lebih dari itu, Ia mewujudkan apa yang dilambangkan dan melaksanakan apa yang digambarkan dalam Yerusalem dari atas, yang merdeka dan ibu kita semua. Meskipun pada mulanya ia mandul, namun sekarang mempunyai banyak anak.
Sesudah jemaat yang pertama, yaitu Jemaat Israel, ditolak, sekarang dalam jemaat yang kedua yaitu dalam Gereja Katolik, Tuhan menunjuk, seperti dikatakan Paulus, pertama-tama rasul, kemudian nabi, ketiga pengajar, lalu orang yang membuat mukjizat, yang menyembuhkan, yang membantu dalam pemerintahan, yang berbicara dalam segala macam bahasa dan segala bentuk keutamaan; yang kumaksud ialah kebijaksanaan dan pengetahuan, penguasaan diri dan keadilan, kemurahan dan kebaikan hati, serta ketahanan tak terpatahkan dalam penganiayaan.
Dengan senjata kejujuran pada kedua belah tangan, melalui kehormatan dan kehinaan, dalam berbagai penganiayaan dan kesusahan, Gereja di masa awalnya, ketika pengejaran dan penganiayaan meningkat, menghiasi para martirnya yang suci dengan mahkota ketahanan yang dirangkai dari untaian indah bunga kesabaran dan ketabahan. Namun sekarang, di masa damai, demi rahmat Tuhan, Gereja menerima penghormatan yang layak baginya dari raja-raja dan orang-orang terkemuka, pendek kata dari manusia yang bermacam ragam dan segala suku. Dan meskipun para penguasa dari berbagai bangsa yang ada di dunia kedaulatannya terbatas, namun hanya Gereja Katolik di seluruh dunia mempunyai kedaulatan tanpa batas, karena seperti yang dikatakan oleh pemazmur: ‘Ia memberikan kesejahteraan kepada daerahmu’ (Mzm 147: 14), yang berarti bahwa Allah menunjuk kedamaian sebagai batasnya.
Dalam Gereja Katolik yang kudus ini kita dibentuk dalam ajarannya dan harus hidup seperti apa mestinya. Dengan demikian kita akan memiliki kerajaan surga dan mewarisi hidup abadi. Untuk ini kita mau menderita apa saja, agar kita dapat memperoleh hidup itu dari Tuhan. Tujuan kita bukanlah hal kecil, kita berjuang untuk memperoleh hidup abadi; maka dari itu, dalam Syahadat diajarkan kepada kita, bahwa setelah mengakui ‘dan kebangkitan badan’, yaitu dari maut, kita menyatakan iman akan ‘kehidupan kekal’. Inilah perjuangan kita sebagai orang Kristen.
Maka, Bapa adalah kehidupan yang benar dan nyata. Dialah sumber kehidupan dan yang mencurahkan kurnia-kurnia surgawi kepada setiap makhluk melalui Putra dalam Roh Kudus, bagaikan air yang membual dari sumbernya. Berkat kemurahan hati-Nya, Ia sungguh menjanjikan anugerah mulia, yakni kehidupan abadi, kepada setiap orang, termasuk kita.