Peringatan Santa Perawan Maria
Hati Maria, Semak Musa yang Menyala (2)
Pembacaan dari tulisan Santo Yohanes Eudes
Tuhan mencintai semak yang menyala karena api yang menyelubungi tanpa membakarnya melambangkan api kasih ilahi yang memenuhi Hati Maria, cinta yang jauh lebih besar dari cinta hati para malaikat dan manusia. Duri-duri melambangkan penderitaan yang pahit dan kecemasan tak terucapkan yang menembus Hati Bunda Allah, penderitaan yang dia terima demi cinta kepada Allah dan keselamatan umat manusia.
Lebih lagi, Allah turun dari surga ke semak Gunung Horeb dan menyatakan diri-Nya kepada Musa, “dalam nyala api,” untuk menyingkapkan cinta kasih-Nya kepada umat-Nya, dan berbicara “dari tengah semak”. Menurut versi lain Dia berbicara “dari lubuk hati semak,” untuk menyatakan maksud-Nya bagi pembebasan anak-anak Israel dari tawanan Firaun melalui perantaraan Musa. Dalam cara yang serupa, Putra Allah, dalam luapan cinta-Nya, turun dari sisi Bapa kekal ke dalam Hati Bunda-Nya, yang berkobar-kobar dengan cinta kasih kepada Allah dan kepada umat manusia, dengan maksud mengerjakan keselamatan kita dan mengikutsertakan Maria dengan diri-Nya sendiri sebagai alat bagi karya agung ini.
Allah tinggal dalam semak yang menyala hanya untuk sementara waktu, tetapi Dia mendiami Hati Bunda kita yang mulia untuk selamanya “Allah berada di tengah-tengah, oleh karenanya tidak akan dipindah.” Menurut terjemahan lain, “Allah berada di dalam lubuk hati dan tidak pernah akan meninggalkannya.” Akan tetapi, ciri khas utama yang harus kita perhatikan mengenai semak bernyala yang diucapkan oleh Musa: “Aku akan pergi dan melihat tanda besar ini, mengapa semak itu tidak terbakar?” Teks suci mengatakan bahwa Musa melihat semak di tengah-tengah api yang menyala, namun tidak membakarnya. “Dia melihat semak menyala dan tidak terbakar.”
Ini sungguh merupakan keajaiban yang besar. Namun hanya merupakan gambaran dari keajaiban yang terjadi jauh lebih besar di dalam Hati Bunda kita yang mengagumkan. Hati Maria merupakan bimasakti segala keajaiban dan salah satu yang paling menakjubkan adalah bahwa sementara Bunda Cinta sejati tinggal di dunia ini, Hatinya dibakar dengan cinta kepada Allah begitu intens hingga nyala suci ini akan menghabiskan kehidupan badannya jika dia tidak dilindungi secara ajaib di tengah-tengah kegairahan surgawi yang sedemikian itu. Maka merupakan suatu kekaguman yang lebih besar untuk melihat Bunda kita yang hidup dikelilingi oleh api surgawi tanpa dibinasakan, daripada melihat semak menyala yang dilihat Musa di tengah-tengah api tanpa membakarnya. Maka kita boleh menyimpulkan bahwa semak bernyala di Gunung Horeb sesungguhnya merupakan gambaran penuh arti dari Hati tersuci Bunda Allah.
Demikian pula, patutlah diingat bahwa hatimu sendiri harus terbakar oleh api cinta kasih yang mengobarkan Hati Perawan Maria, api yang disebarkan oleh Putra Allah ke bumi, karena kalau tidak, hatimu akan terbakar selamanya dalam lautan api yang mengerikan yang disiapkan untuk si jahat dan para pengikutnya. Oh, betapa besar perbedaan di antara dua macam api ini! Nyala api yang menyiksa selamanya tanpa membakar habis dan nyala api yang menyenangkan dan menggembirakan yang terus menerus mengobarkan hati Seraphim yang bergairah.
Bersukacitalah setiap orang yang membaca atau mendengarkan kata-kata ini! Berterimakasihlah kepada Allah bahwa kamu masih hidup, masih mampu untuk memilih api yang mana akan mengobarkan hatimu. Berusahalah sekuat tenaga untuk memadamkan nyala api cinta diri, duniawi, nyala api kemarahan, nafsu, iri hati dan ambisi. Berikan hatimu seutuhnya kepada Yesus Kristus. Mohonlah kepada-Nya untuk menyalakannya dengan cinta-Nya. Untuk tujuan ini tidak ada doa yang lebih baik selain kata-kata Santo Agustinus: “O api ilahi yang selalu menyala dan tak pernah terpadamkan. O Cinta yang selalu bergairah dan tak pernah menjadi dingin. Kobarkan keberadaanku! Nyalakanlah aku seluruhnya hingga aku hanya menjadi nyala api yang bernyala karena cinta pada-Mu”.
Dalam Ordo kami, hari Sabtu pada masa biasa dibaktikan untuk memperingati Santa Perawan Maria.