PEKAN BIASA XXII – SELASA
Kebenaran Tuhan tetap selamanya
Pembacaan dari buku Mengikuti Jejak Kristus
Di atas kepalaku, ya Tuhan, Engkau menggunturkan pengadilan-Mu dan menggoncangkan tulang-tulangku dengan rasa takut serta gentar; dan jiwaku amat sangat ketakutan. Aku heran dan bingung ketika menyadari bahwa langit pun tidak murni di hadapan-Mu. Jika di dalam diri malaikat pun Engkau menemukan kejahatan, dan Engkau tidak menyayangkan mereka, lalu akan apa jadinya dengan aku ini? Bintang-bintang jatuh dari langit; dan aku, yang hanya debu ini, apa yang dapat kuandalkan? Orang-orang yang karyanya nampak terpuji, telah jatuh ke jurang yang paling dalam, dan aku pun pernah menyaksikan orang yang pernah makan roti malaikat, bersenang-senang dalam sekam comberan babi.
Ya Tuhan, ternyata tidak ada kesucian, jika Engkau menarik tangan-Mu kembali. Tidak ada kebijaksanaan, jika Engkau berhenti memerintah kami. Tidak ada kekuatan yang dapat membantu, jika Engkau berhenti memelihara kami. Sebab kalau Engkau meninggalkan kami, kami ini tenggelam dan lenyap; tetapi jika kami Engkau kunjungi, kami bangkit dan hidup kembali.
Kami ini tidak stabil, namun Engkau menjadikan kami kuat; Kami ini suam-suam kuku, tetapi Engkau menyalakan semangat kami. Semua kebanggaan yang sia-sia sudah tertelan lenyap dalam pengadilan-Mu atas diriku. Apakah artinya daging itu dalam pandangan-Mu? Dapatkah tanah liat menyombongkan diri di hadapan Dia yang membentuknya! Bagaimana orang dapat bermegah dengan pujian kosong, kalau hatinya sungguh tunduk kepada kebenaran Allah?
Seluruh dunia tidak akan mampu menjunjung tinggi orang, yang telah ditundukkan oleh Sang Kebenaran. Orang juga tidak akan digoyahkan oleh sanjung puji para pengagumnya, jika ia menaruh seluruh harapannya kepada Tuhan. Sebab mereka yang terus berbicara saja, mereka itu semua bukan apa-apa! Mereka akan lenyap bersama gema kata-katanya! Sebaliknya kebenaran Tuhan tetap selamanya.