5 September 2024

PEKAN BIASA XXII – KAMIS


Aku akan meletakkan hukum-Ku di dalam hati mereka
Permulaan khotbah St. Leo Agung, Paus, tentang Sabda Bahagia

 

Saudara-saudara terkasih, ketika Tuhan mewartakan Kabar Gembira tentang kerajaan, dan menyembuhkan berbagai macam penyakit di seluruh Galilea, kemasyhuran kuasa-Nya tersebar di seluruh Siria dan banyak orang berdatangan dari mana-mana ke Yudea untuk menemui Sang Tabib surgawi.  Iman mereka masih dihambat oleh ketidak-tahuan manusiawi, sehingga lamban untuk menerima apa yang tidak dapat dilihat, dan untuk mengharapkan apa yang kurang dikenal.  Maka orang-orang itu harus dikuatkan dengan ajaran ilahi dan digerakkan dengan kebaikan jasmani serta mukjizat yang dapat dilihat.  Dengan cara ini mereka tidak akan sangsi lagi, bahwa ajaran Tuhan itu membawa keselamatan, sebab mereka mengalami kuasa-Nya yang penuh rahmat.

Tetapi Tuhan tidak puas dengan hanya penyembuhan lahiriah; Ia juga ingin mengobati jiwa!  Ia bermaksud memperhatikan jiwa-jiwa manusia, setelah menyembuhkan tubuh mereka.  Maka Tuhan mengundurkan diri ke gunung yang berdekatan, jauh dari kerumunan orang.  Ia memanggil para rasul supaya mendekat pada-Nya untuk mengisi mereka dengan ajaran yang lebih tinggi dari tempat penuh misteri itu.  Dari keadaan alam di tempat itu dan dengan tindakan-Nya, Ia menyatakan bahwa Dialah, yang dahulu berbicara kepada Musa.  Memang dulu Ia bersabda dengan kedahsyatan yang menakutkan, tetapi sekarang lebih dengan belas kasih terberkati.  Dengan itu Ia memenuhi apa yang telah dijanjikan oleh Nabi Yeremia, ‘Akan tiba waktunya, sabda Tuhan, Aku mengadakan perjanjian baru dengan keturunan Israel dan keturunan Yehuda.  Sesudah itu Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka, dan menuliskannya dalam hati mereka.’

Jadi Allah, yang telah berbicara dengan Musa, berbicara juga kepada para rasul.  Dengan tangan Sabda yang menulis dengan cepat, Allah meletakkan tonggak-tonggak Perjanjian Baru dalam hati murid-murid-Nya.  Tidak ada kabut tebal di sekeliling mereka seperti sebelumnya; umat pun tidak gentar ketakutan mendekati gunung karena bunyi-bunyian yang dahsyat dan kilatan petir, tetapi ketenangan, sabda-Nya jelas sekali bagi mereka yang hadir.  Dengan demikian kekerasan Taurat dilenyapkan oleh kelembutan rahmat, dan roh pengangkatan sebagai putra menghilangkan ketakutan hamba.

Kata-kata Kristus sungguh menunjukkan sifat ajaran-Nya; mereka yang ingin mencapai kebahagiaan kekal dapat belajar mengenali tahap-tahap untuk mencapai kemajuan yang paling mantap.  Ia bersabda, “Berbahagialah orang yang berjiwa miskin, karena merekalah yang memiliki kerajaan surga.”  Mungkin dirasa kurang jelas, orang miskin mana yang dimaksud oleh Sang kebenaran!  Ia tidak mengatakan apa-apa bagaimana kemiskinan itu harus diartikan.  Mungkin orang mengira bahwa cukuplah mendapatkan pahala kerajaan surga dengan menanggung kemiskinan akibat kekerasan dan penindasan yang tidak dapat dihindari.  Namun waktu Ia bersabda: “Berbahagialah orang yang berjiwa miskin.”  Ia menyatakan bahwa kerajaan surga akan diberikan kepada mereka, yang dipuji karena kerendahan hatinya, bukan karena kekurangan harta dunia.