Peringatan St. Pio dari Pietrelcina
(Imam)
“Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan”
Bacaan dari Homili Paus Yohanes Paulus II
pada Upacara Kanonisasi Padre Pio dari Pietrelcina
Sabda Yesus ini kepada para muridnya membantu kita mengerti pesan paling penting dari seluruh hidup Padre Pio dari Pietrelcina. Gambaran Injili dari “kuk” mengingatkan begitu banyak kesulitan yang dialami oleh Romo Kapusin yang rendah hati ini. Hari ini kita mengkontemplasikan di dalam dirinya betapa enaklah “kuk” Kristus dan betapa ringan beban-Nya jika dibawa dengan kasih yang setia. Hidup dan perutusan Padre Pio membuktikan bahwa penderitaan dan kesusahan, bila diterima karena kasih, diubah menjadi jalan yang khusus menuju kesucian, terbuka kepada kebaikan yang lebih besar yang dikenal oleh Tuhan sendiri.
“Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus”. Bukanlah justru “kemuliaan Salib” yang bersinar di dalam Padre Pio? Betapa tepat spiritualitas Salib yang dihayati oleh Romo Kapusin dari Pietrelcina ini! Zaman ini, kita membutuhkan untuk mengerti kembali nilai Salib agar membuka hati kepada harapan.
Selama seluruh hidupnya, dia selalu mencari suatu konformitas yang semakin besar dengan Yesus tersalib, karena dia sangat sadar akan panggilannya untuk mengambil bagian di dalam karya penebusan. Kesuciannya tidak bisa dimengerti tanpa acuan kepada Salib.
Di dalam Rencana Allah, Salib merupakan sarana keselamatan yang sesunguhnya untuk seluruh umat manusia dan jalan yang ditawarkan oleh Tuhan kepada mereka yang ingin mengikuti-Nya. Padre Pio mengerti hal ini dengan baik, dia menulis: “Untuk dapat mencapai tujuan akhir, kita harus mengikuti Tuhan, yang tidak ingin membimbing orang pilihan-Nya ke suatu jalan yang bukan jalan yang Dia sendiri telah ikuti: yaitu penyangkalan diri dan Salib.”
“Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.” Betapa cocok sabda Yesus ini bila dikatakan tentang engkau, Padre Pio, rendah hati dan terkasih!
Ajarilah kepada kami kerendahan hati agar kami juga dapat terhitung di antara orang kecil yang disebut dalam Injil; kepada mereka Bapa berjanji untuk menyatakan misteri-misteri Kerajaan-Nya.
Bantulah kami berdoa tanpa henti-hentinya, dengan percaya bahwa pasti Allah mengetahui apa yang kami butuhkan sebelum kami minta.
Mohonkanlah bagi kami pandangan iman agar kami mampu mengenal wajah Kristus di dalam wajah orang miskin dan para penderita.
Tuntunlah kami pada saat perjuangan dan kesulitan dan, bila kami jatuh, buatlah kami mengalami kegembiraan Sakramen Pengampunan.
Anugerahkanlah kepada kami devosi mu yang lembut kepada Maria, Bunda Yesus dan Bunda kami.
Antarlah kami sepanjang peziarahan kami di dunia ini menuju tanah air surgawi, di mana kami berharap akan sampai untuk menkontemplasikan selama-lamanya kemuliaan Bapa, Putra dan Roh Kudus.
St. Pio atau yang akrab dipanggil Padre Pio (nama aslinya Francesco Forgione) lahir di Pietrelcina, Benevento tahun 1887. Ia masuk Ordo Kapusin dan menjadi imam. Ia menjalankan pelayanan imam dengan penuh tanggung jawab, terutama di biara San Giovani Rotondo di Puglia, Italia Selatan dengan melayani umat Allah dalam doa dan kerendahan hati lewat bimbingan rohani, pelayanan Sakramen Tobat, dan memberikan perhatian khusus bagi orang-orang sakit dan miskin. Ia mengalami luka penyaliban Yesus Kristus (stigmata). Ia wafat pada 23 September 1968 dan dikanonisasi tanggal 16 Juni 2002 oleh Paus Yohanes Paulus II.