30 November 2024

Pesta St. Andreas, Rasul


Memanggul Salib dan Mengikuti Kristus
Pembacaan dari khotbah St. Bernardus, Abas

 

Hari ini kita merayakan pesta St. Andreas.  Jika kita merenungkan dengan cinta, kita akan menemukan banyak hal untuk pembangunan jiwa kita.  Kalian telah mengetahui, bagaimana St.Andreas ketika ia tiba di tempat di mana salib disiapkan.  Karena dikuatkan oleh rahmat Tuhan, ia mulai mengucapkan kata-kata yang membara melalui Roh Kudus yang telah dia terima dalam rupa lidah-lidah api bersama dengan para rasul lainnya.

Dari kelimpahan hatinya, mulutnya berbicara dan cinta yang membara dalam hatinya itu, memancar keluar sebagai nyala terang dalam suaranya.  Dan apa yang dikatakan oleh St. Andreas waktu dia melihat dari jauh salib yang telah disiapkan baginya?  “O Salib”, katanya “begitu lama dirindukan dan sekarang disiapkan untuk jiwaku yang berhasrat!  Penuh sukacita dan keyakinan aku datang padamu.  Oleh karena itu, terimalah aku dengan gembira, sebagai murid Dia yang bergantung padamu ”

Dari manakah datangnya sukacita dan pujian yang mengagumkan itu?  Dari manakah ciptaan yang rapuh itu mendapat keteguhan yang demikian?  Dari mana ia beroleh hasrat rohani yang demikian, cinta yang begitu membara dan berapi-api, kekuatan jiwa yang demikian?  Janganlah membayangkan bahwa itu dari kekuatannya sendiri, karena itu anugerah sempurna yang datang dari Bapa segala terang, karena hanya Dialah yang melakukan perbuatan-perbuatan besar.

Saudara-saudariku terkasih, sungguh Rohlah yang datang untuk menolong kelemahannya dan memenuhi jiwanya dengan cinta yang kuat seperti maut dan bahkan lebih kuat dari pada maut.  Semoga Allah memberi kita bagian di dalamnya!  Jika kita menjadi bosan dan mengantuk pada saat ibadat malam, ini hanya kelemahan semangat kita.

Jika Roh Kudus hadir, tanpa diragukan, Dia membantu kelemahan kita.  Apa yang Dia lakukan bagi St. Andreas saat menghadapi salib dan kematiannya, juga akan dilakukan-Nya bagi kita dalam kerja keras dan penitensi kita.  Dia akan membuat supaya hal-hal itu tidak terasa lagi sebagai beban, bahkan Dia akan membuatnya ringan dan menyenangkan.  “Roh-Ku ” kata Tuhan, “lebih manis daripada madu kuat”.  Kematian betapa pun pahitnya tidak akan dapat mengurangi kemanisannya.

Kita harus memanggul salib bersama St. Andreas atau setidaknya bersama Dia yang diikutinya yaitu Tuhan Juru Selamat kita.  Alasan sukacita dan pujiannya adalah bahwa ia mengalami kematian tidak hanya bersama Dia tetapi juga dalam cara yang mirip.  Dan dia bersatu dalam ikatan yang mendalam dengan kematian dan penderitaan-Nya sehingga ia juga akan meraja bersam Dia.  Maka marilah kita mendengarkan dengan telinga hati kita, suara-Nya yang mengatakan: “Barangsiapa mau mengikuti Aku hendaklah dia menyangkal dirinya, memanggul salibnya dan mengikuti Aku”.