11 Maret 2023

PEKAN II PRAPASKAH – SABTU


Setia kepada Tuhan, Yang Satu, nyata dan baik
 Pembacaan dari uraian St. Ambrosius tentang “menjauhi dunia”

 

Di mana hati orang, di sana hartanya juga, sebab Tuhan tidak biasa menolak orang mohon pemberian baik.  Maka karena Tuhan itu baik, dan baik terutama bagi mereka yang menghamba kepada-Nya, kita harus berpaut pada-Nya, dan mengikuti Dia dengan segenap jiwa dan segenap hati dan segenap kekuatan kita.  Ini harus kita lakukan, kalau kita ingin berada dalam terang-Nya, melihat kemuliaan-Nya, dan menikmati rahmat kegembiraan surga.  Untuk mendapatkan kebahagiaan itu kita harus mengangkat budi kita, berada dalam Tuhan, hidup di dalam Dia dan berpaut pada-Nya.  Ia itu mengatasi semua pemikiran dan pengetahuan manusia dan Ia bersemayam dalam tenang damai tak ada taranya.  Damai ini mengatasi semua pengetahuan, semua pengertian.

Itulah kebaikan yang meresapi segala.  Kita semua hidup di dalamnya, tergantung dari padanya.  Tidak ada sesuatu yang di atasnya, karena kebaikan dari Allah asalnya.  Tidak ada seseorang yang baik selain Tuhan, sebab kebaikan dari Allah asalnya, dan Allah itu mahabaik.  Maka pemazmur berkata, “Jikalau Engkau membuka tangan-Mu, maka semua makhluk dipenuhi dengan kebaikan.”  Karena kebaikan Tuhan semua hal yang sungguh baik diberikan kepada kita, dan tidak ada kejahatan di dalamnya.

Inilah hal-hal yang baik yang dijanjikan Kitab Suci kepada umat beriman dengan kata-kata, “Kamu akan makan hasil yang baik dari tanah itu.”  Kita mati bersama Kristus; kita membawa kematian Kristus dalam tubuh kita, sehingga hidup Kristus juga dapat dinyatakan dalam diri kita.  Kita tidak lagi hidup dengan hidup kita sendiri, melainkan dengan hidup Kristus, hidup kesucian, kemurnian, kesederhanaan, dan semua keutamaan.  Kita telah bangkit bersama Kristus; kita harus hidup dalam Kristus; kita harus naik dalam Kristus, hingga ular tidak lagi dapat menyergap tumit kita di bumi untuk melukainya.

Kita harus menjauh dari sini.  Kamu dapat menjauh dalam budimu, meskipun kamu tertahan dalam tubuhmu.  Kamu dapat sekaligus berada di sini dan ada di hadirat Tuhan, kalau dengan jiwa kamu berpaut pada-Nya.  Dalam pemikiran kamu berjalan mengikuti-Nya, jika dalam iman, dan tidak hanya secara lahiriah kamu mengikuti jalan-Nya, jika kamu lari menuju Dia.  Ia itu pengungsian dan kekuatan kita.  Kepada Tuhan ini Daud berkata, “Kepada-Mu, ya Tuhan, aku berlindung, aku tidak akan dipermalukan.”

Karena Tuhan, pengungsian kita, ada di surga dan mengatasi surga, maka kita harus berpindah dari sini pergi ke tempat, di mana ada damai dan istirahat dari jerih payah kita; di mana kita dapat merayakan hari raya sabat besar, seperti dikatakan oleh Musa, “Sabat tanah itu akan mencukupi kebutuhanmu.”  Beristirahat dalam Tuhan dan memandang keindahan kasih-Nya sungguh merupakan pesta penuh kegembiraan dan kedamaian.

Kita harus pergi bagaikan rusa berlari menuju sumber air.  Biarkan jiwa kita juga merasakan haus yang dirasakan oleh Daud.  Siapakah sumber itu?  Daud berkata, “Sebab Engkaulah sumber kehidupan.”  Jiwaku harus berkata kepada sumber itu, “Kapan saya akan datang memandang wajah-Mu.”  Sebab sumber air itu adalah Allah.