Masa Prapaskah adalah saat kita menjalani retret agung, saat untuk menyadari kembali karya keselamatan Allah yang telah menyerahkan Putra-Nya bagi kita. Yesus telah rela mati bagi kita karena segala dosa kita. Secara khusus pada masa ini, kita mau menyadari dosa-dosa kita yang telah melukai Allah dan melukai sesama kita, serta membuat kita menjauh dari Allah. Sekaligus kita menyadari kebutuhan akan belas kasihan Allah. Hanya Tuhan yang dapat mengampuni dosa- dosa kita. Ia menyatakan tentang diri-Nya, “bahwa di dunia Anak Manusia mempunyai kuasa mengampuni dosa” (Mrk 2:5; Luk 7:48).
Tuhan memberi kepada para rasul kuasa-Nya sendiri untuk mengampuni dosa; memberi mereka otoritas untuk mendamaikan para pendosa dengan Gereja. Kristus telah menganugerahkan sakramen pengakuan untuk anggota-anggota Gereja-Nya yang berdosa, terutama untuk mereka yang sesudah pembaptisan jatuh ke dalam dosa berat dan dengan akibat kehilangan rahmat Pembaptisan serta melukai persekutuan Gereja.
Sakramen pengakuan memberi kepada pendosa rahmat yang memampukan untuk bertobat dan mendapat kembali rahmat pembenaran. Sakramen pertobatan dan pendamaian dinyatakan dan dilaksanakan oleh Gereja dan dalam Gereja. Rasul Paulus menasihati dan memohon: “Berilah dirimu didamaikan dengan Allah.” Rahmat pertobatan mendorong pendosa untuk menyesali dosa-dosanya, mengakui dengan mulutnya, dan akan menghasilkan buah melalui tindakan kerendahan hati yang mendalam atau penitensi.
Pengakuan dosa di depan imam yang adalah wakil kehadiran Allah merupakan bagian hakiki dari sakramen pengakuan yang membebaskan kita dan merintis pendamaian dengan orang lain. Melalui pengakuan itu kita dapat melihat dan mengakukan semua dosa yang kita ingat dengan jujur; menyadari bahwa kita orang berdosa yang membutuhkan kerahiman Allah untuk diampuni. Kita menerima tanggung jawab atas semua dosa yang telah kita lakukan, dengan demikian membuka diri kembali kepada Allah dan kepada persekutuan Gereja, sehingga dimungkinkanlah satu masa depan baru.
Tetapi kalau kita dengan sengaja mendiamkan sesuatu, kita tidak menyampaikan apa-apa kepada kebaikan Ilahi demi pengampunan oleh imam. “Karena kalau seseorang sakit merasa malu membuka lukanya kepada dokter, maka obat tidak akan menyembuhkan apa yang tidak dikenalnya”.
Pengakuan dosa secara teratur merupakan suatu bantuan bagi kita, untuk membentuk hati nurani kita melawan kecondongan kita yang jahat, membiarkan kita disembuhkan oleh Kristus dan bertumbuh dalam hidup rohani dengan “membuat silih” untuk dosa-dosa kita. Silih ini juga dinamakan “penitensi”. Kalau kita sering menerima anugerah belas kasihan Allah dalam sakramen ini, Ia mendorong kita, agar kita sendiri juga berbelas kasihan kepada sesama seperti Dia yang telah berbelas kasihan kepada kita.
Maka marilah dalam masa Prapaskah ini kita memakai sarana yang diberikan oleh Gereja agar kita dapat didamaikan dengan diri-Nya, sesama kita, dan terlebih lagi dengan diri kita sendiri.