PEKAN XXIX – SENIN
Hendaknya kita ingat akan kewajiban kita untuk berdoa pada jam-jam yang ditentukan
Pembacaan dari surat St. Agustinus kepada Probanus
Hendaklah kita senantiasa menginginkan hidup bahagia dari Tuhan, dan selalu berdoa memohonnya. Tetapi untuk itu hendaknya kita ingat akan kewajiban kita untuk berdoa pada waktu-waktu yang ditentukan, untuk mengembalikan pikiran kita dari urusan dan kesibukan lain, yang dalam arti tertentu mengaburkan keinginan kita. Maka untuk mencegah apa yang mulai memudar itu menjadi dingin, dan malahan benar-benar padam, dengan mengulang-ulang kata-kata doa kita memusatkan kembali perhatian kita pada keinginan kita dan membuatnya menyala kembali.
Maka dari itu, kata rasul: “Hendaklah permohonanmu diberitahukan kepada Tuhan,” janganlah diartikan seakan-akan Allah baru mengetahuinya; padahal, tidak diragukan, Allah sudah mengenalnya sebelum kita mengajukan permohonan kepada-Nya. Maksudnya adalah agar kita mengenali permohonan kita di hadapan Allah melalui penyerahan diri, bukan dengan menyombongkan diri di depan orang-orang lain.
Begitu juga, kalau kita mempunyai kesempatan untuk berdoa dalam waktu lama, dengan pengertian bahwa tidak akan mengganggu kegiatan lain yang baik dan perlu, tidak ada apa-apa yang salah atau sia-sia. Juga tidak, seperti yang dipikirkan orang, bahwa berdoa dalam waktu lama itu sama dengan berdoa memakai terlalu banyak kata. Menggunakan banyak kata itu satu hal, disposisi doa yang berlangsung lama itu hal lain.
Tentang Tuhan kita sendiri tertulis, bahwa Ia berdoa sepanjang malam, dan bahwa dalam sakratul maut Ia berdoa lebih lama. Apa yang dilakukan-Nya selain memberi teladan kepada kita? Dalam masa hidup-Nya di dunia Ia berdoa bila tiba waktunya untuk berdoa; sekarang bersama Bapa Ia mendengarkan doa kita selama-lamanya.
Tentang para rahib di Mesir dikisahkan bahwa mereka kerap kali mempersembahkan doa, tetapi serba pendek, dan dalam bentuk ucapan-ucapan singkat, yang dilontarkan seperti panah-panah yang cepat, agar konsentrasi kewaspadaan dan ketajaman perhatian yang mutlak perlu bagi orang yang berdoa tidak menjadi lemah dan tumpul, jika harus bertahan lama. Dengan cara itu mereka juga jelas membuktikan, bahwa perhatian itu tidak boleh dialihkan atau dihentikan saat dapat bertahan, demikian juga orang tidak membiarkannya menjadi tumpul jika tidak bisa bertahan.
Menjauhkan penggunaan banyak kata di dalam doa, itu benar; tetapi biarkanlah doa itu intensif, kalau konsentrasi yang bersemangat dapat bertahan. Berbicara banyak ketika berdoa itu berarti: melakukan sesuatu yang perlu dengan kata-kata berlebihan. Doa yang intensif berarti mengetuk pintu orang yang kepadanya kita berdoa dengan gerakan-gerakan hati yang panjang dan saleh. Kerap kali hal ini dilakukan lebih dengan keluhan atau rintihan daripada berbicara, dengan lebih banyak air mata daripada dengan pernafasan udara hirupan. Tuhan menempatkan air mata kita di hadapan-Nya, dan keluh kesah kita tidak tersembunyi dari Dia, yang menciptakan segala sesuatu oleh Sabda-Nya dan Ia tidak memerlukan kata-kata manusia.