22 Oktober 2024

PEKAN XXIX – SELASA


Tentang Doa Bapa Kami
Pembacaan dari surat St. Agustinus kepada Probanus

 

Kita memerlukan kata-kata untuk membantu memusatkan diri dan menyadari apa yang kita minta; bukannya kita mengandaikan, bahwa Tuhan harus diberi petunjuk atau dibujuk dengan kata-kata.

Maka bila kita berkata, “Dimuliakanlah nama-Mu”, kita menasihati diri kita sendiri agar menginginkan supaya nama-Nya, yang memang senantiasa suci mulia, dimuliakan juga di antara manusia; yaitu jangan sampai nama-Nya itu dipandang rendah atau dihina.  Ini bukan demi kepentingan Allah, melainkan kepentingan manusia.

Bila kita berkata, “Datanglah kerajaan-Mu”, yang niscaya akan datang, entah kita menginginkannya atau tidak, kita membangkitkan harapan kita akan kerajaan itu: agar datang bagi kita, dan agar kita pantas memerintah di dalamnya.

Bila kita berkata, “Jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga”, maka kita mohon ketaatan kepada-Nya bagi diri kita sendiri, agar kehendak-Nya terjadi di dalam diri kita sebagaimana terjadi di surga oleh para malaikat-Nya.

Bila kita berkata, “Berilah kami rejeki pada hari ini”, yang kita maksud dengan “hari ini” ialah masa sekarang ini.  Kita mohon untuk mendapatkan kecukupan, dengan menyebutkan bagian yang pokok, menunjuk pada keseluruhan, yaitu “roti”; atau kita mohon sakramen orang beriman, yang mutlak perlu bagi masa sekarang untuk mendapatkan kebahagiaan bukan di masa sekarang, melainkan di keabadian.

Bila kita berkata, “Ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami”, kita menyadarkan diri kita sendiri, apa yang harus kita mohon dan apa yang harus kita lakukan untuk pantas menerima pengampunan.

Bila kita berkata, “Janganlah masukkan kami dalam pencobaan”, kita meyakinkan diri kita sendiri untuk memohon pertolongan yang diperlukan agar kita tidak menyerah pada godaan dan tidak dikalahkan oleh tipu daya atau rasa putus asa.

Bila kita berkata, “Bebaskanlah kami dari yang jahat”  kita mengingatkan diri kita sendiri untuk merenungkan fakta bahwa kita belum menikmati keadaan bahagia di mana kita tidak akan menderita kejahatan.  Permohonan terakhir dalam doa Tuhan ini mempunyai makna sangat luas.  Dengan permohonan itu orang Kristen mengutarakan kesengsaraannya, mengungkapkan erangan kesakitannya.  Kata-kata itu menyertai cucuran air matanya, mengawali doanya; dengan kata-kata itu ia berkanjang di dalamnya, dan mengakhiri doanya.

Perlu sekali kenyataan-kenyataan hidup kita tanamkan dalam ingatan kita melalui kata-kata ini.  Sebab kata lain apapun yang kita ucapkan, entah devosi orang yang berdoa itu mendahului dan membentuk kata-kata untuk mengekspresikannya, atau timbul bersama dengan kata-katanya dan berkembang, bila kita berdoa secara benar, kita tidak mengatakan sesuatu yang lain, yang belum tercakup dalam doa Tuhan.

Tetapi barangsiapa mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan doa injili ini, meskipun ia berdoa dengan sah dan tidak dalam keadaan dosa berat, ia berdoa secara duniawi, bukan secara spiritual.  Dan saya tidak tahu apakah itu bisa disebut sah; karena orang yang telah dilahirkan kembali dari Roh harus berdoa hanya menurut Roh.