PEKAN II ADVEN – JUMAT
Tentang Hawa dan Maria
Pembacaan dari uraian St. Ireneus melawan kaum bidaah
Tuhan datang secara kelihatan dalam milik-Nya sendiri. Ciptaan-Nya membawa Dia, seperti Dia membawa ciptaan itu sendiri. Karena ketaatan-Nya pada satu pohon, Ia berbuat silih atas ketidaktaatan yang dinyatakan pada pohon yang lain. Godaan Hawa, perawan yang segera akan dikawinkan, menjatuhkan dan itu ditebusi dengan kenyataan menyelamatkan yang diwartakan oleh malaikat kepada Maria, juga perawan yang sudah bertunangan. Seperti Hawa dibujuk oleh kabar malaikat, menjauh dari Tuhan karena mengkhianati sabda-Nya, begitu Maria, menerima baik kabar malaikat, mengandung Tuhan di dalam tubuhnya karena mentaati sabda-Nya. Hawa dibujuk untuk membangkang terhadap Tuhan, tetapi Maria tunduk taat kepada-Nya, dan demikian Perawan Maria menjadi penolong bagi perawan Hawa.
Dengan menyimpulkan ini semua di dalam dirinya, ia menyimpulkan peperangan melawan musuh; ia menantang dan mengalahkan dia, yang pada permulaan, dalam diri Adam membuat kita menjadi tawanannya. Ia meremukkan kepalanya sesuai sabda Tuhan kepada ular dalam Kitab Kejadian, “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu dan engkau akan meremukkan tumitnya.”
Mulai saat itu Dia yang akan lahir dari wanita, Sang Perawan, serupa dengan Adam, dinyatakan akan “meremukkan kepalanya”, kepala ular. Inilah keturunan yang disebutkan oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada umat di Galatia, “Hukum dengan pekerjaannya diteguhkan, sampai datangnya keturunan yang diberi janji.” Ini menjadi lebih jelas lagi, kalau dalam surat yang sama ia berkata, “Ketika waktu yang ditentukan sudah tiba, Tuhan mengutus Putra-Nya, lahir dari seorang wanita.” Lewat wanita, musuh dapat menguasai manusia sejak semula, ketika ia mengangkat dirinya sebagai musuh manusia. Maka ia tidak akan dikalahkan dengan adil sepenuh-penuhnya, kalau yang mengalahkan tidak lahir dari seorang wanita.
Itu sebabnya Tuhan menyatakan diri-Nya sebagai Anak Manusia, mengembalikan dalam diri-Nya keadaan manusia pertama, yang menurunkan bangsa, lahir dari wanita. Seperti oleh karena kesalahan manusia bangsa kita turun ke alam maut, begitu juga oleh karena kemenangan manusia kita bangkit hidup kembali.