Inti seluruh rencana keselamatan Allah terangkum dalam ayat berikut: “Begitu besar kasih Allah bagi dunia, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16). Yesus sebagai Putra Allah yang diutus Bapa, melaksanakan misi-Nya untuk menyelamatkan manusia dengan menyatukan kehendak manusiawi-Nya dengan kehendak Bapa-Nya.
Perjuangan Yesus di Getsemani membawa “ya” seluruh kemanusiaan-Nya ke dalam” Ya”-Nya yang Ilahi. Itu memungkinkan kita semua untuk “ya” kepada kehendak Bapa, dalam kesatuan dengan “Ya” Yesus, untuk menjadikan rencana keselamatan Allah terwujud bagi kita dan seluruh dunia. Di Getsemani, Yesus berjuang menghadapi ketakutan, kecemasan dalam trust / kepercayaan total Putra kepada Bapa. Yesus tidak pernah mengkhianati identitas-Nya sebagai Putra: ”Ya Bapa-Ku…..kehendak-Mu yang terjadi”. Itulah komitmen Yesus, identitas Yesus.
Maka ingatlah bahwa hidup kita bukan milik kita sendiri. Hidup kita adalah anugerah tanpa henti dari pemberian diri Yesus yang tak pernah berhenti mengalir sampai kepenuhannya. Kita menerima anugerah hidup itu untuk diberikan kepada orang lain, bukan untuk dimiliki bagi kepenuhan dan kemajuan sendiri. Hidup kita tidak mencapai kepenuhannya di dunia ini. Tujuan kita adalah untuk terus menyatukan kehendak kita dengan kehendak Bapa.
Tujuan ini kekal dan Yesus memberi jalannya. Ia membuka pintu ke hidup kekal, agar kita mengikutinya. Keselamatan bukan pasif, tidak cukup hanya diterima, tetapi perlu mau menerimanya dengan semua konsekuensi yang bisa terjadi dalam hidup pribadi kita, dalam hidup bersama dengan orang-orang lain yang juga sedang diselamatkan. Menjadi satu gerakan bersama, saling memberi apa yang telah kita terima. Dengan anugerah ini kita tidak lagi hidup sendiri-sendiri, tidak diselamatkan sendiri-sendiri.
Itulah anugerah yang membahagiakan dan menguatkan harapan, yang menggembirakan pada Minggu Laetare ini. Marilah berjalan bersama menuju YESUS dan di dalam YESUS.