30 Juli 2023

PEKAN BIASA XVII –  SELASA


Taburkanlah bagi dirimu apa yang selaras dengan keadilan
Pembacaan dari homili St. Basilius Agung

 

Hendaknya manusia itu seperti bumi dan menghasilkan buah! Janganlah kamu kalah dengan ciptaan yang tak bernyawa.  Sebab bumi memberikan hasil bagi keuntunganmu, bukan untuk dinikmatinya sendiri. Sebaliknya, apabila kamu memberi kepada fakir miskin, kamu akan menghasilkan buah bagimu sendiri,  sebab rahmat dan pahala perbuatan amal diberikan kepada mereka yang melakukannya.

Kamu memberi makan orang lapar, tapi yang kamu berikan itu menjadi milikmu, dan kembali kepadamu bahkan dengan bunga.  Seperti biji gandum yang jatuh ke bumi, menghasilkan upah bagi yang menabur, demikian juga  makanan  yang diberikan  kepada orang lapar, akan menghasilkan pahala besar di kemudian hari.  Maka bagi kamu, dalam bercocok tanam, hendaklah kamu menabur benih-benih surgawi.  Kitab Suci mengatakan: “Taburkanlah bagi dirimu sendiri apa yang selaras dengan keadilan!”

Kamu akan meninggalkan uangmu di dunia ini, entah senang entah tidak! Tetapi semua penghormatan yang kamu peroleh karena perbuatan baik akan kamu bawa serta menghadap Tuhan.  Semua orang yang berdiri mengelilingi Hakim seluruh umat manusia, akan menyambut kamu sebagai penolong dan penderma yang murah hati.

Tidak pernahkah kamu melihat orang yang menghambur-hamburkan  uangnya untuk nonton pertunjukan teater, lomba tinju, atau gulat dan pertarungan antara manusia dan binatang buas? Melihat itu sebetulnya memuakkan, dan hanya untuk memberi kehormatan sementara, sorak sorai dan tepuk tangan! Nah, jika kamu kikir untuk mengeluarkan uang, bagaimana kamu bisa mengharapkan pahala kemuliaan yang begitu besar?

Sesungguhnya, ganjaran yang akan kamu terima karena  pemakaian  barang-barang duniawi dengan benar adalah kemuliaan kekal, mahkota kebenaran, kerajaan surgawi; Allah akan menyambutmu, para malaikat akan memadu suara memujimu, dan semua orang yang pernah hidup sejak  terjadinya dunia akan menyebut kamu bahagia, karena kamu telah membagikan harta fana dengan baik dan saksama.  Apakah kamu tidak peduli akan hal-hal yang amat mulia ini dan meremehkan harapan akan masa depan karena kamu begitu terpikat akan barang-barang sekarang? Maka, mari, bagi-bagikanlah kekayaanmu, hendaklah bermurah  hati kepada kaum miskin.  Semoga dapat  dikatakan juga tentang dirimu: “Ia membagi-bagikan dengan murah hati kepada kaum miskin, dan kebenarannya akan bertahan selama-lamanya.”  

Sebetulnya kamu harus bersyukur dapat menjadi penderma yang baik hati.  Betapa gembira hatimu seharusnya karena penghormatan yang kamu peroleh, hingga kamu tidak perlu mengetuk pada pintu orang lain, tetapi sebaliknya orang lain berdiri di muka pintumu! Tetapi sekarang nyatanya, kamu berwajah cemberut, dan hampir tidak mungkin orang mendekatimu, karena kamu tidak mau bertemu orang, takut kalau-kalau kamu terpaksa harus melepaskan satu peser dari genggaman jarimu.

Hanya satu kalimat yang bisa kamu katakan: “aku ini orang miskin, aku tidak punya apa-apa untuk diberikan.”  Benar juga! Memang kamu miskin, kamu tidak punya kekayaan apa pun juga: miskin kemanusiaan, miskin iman akan Tuhan, miskin harapan akan kebahagiaan abadi!