Peringatan Santa Peringatan Maria
Hati Maria sebagai Matahari
Pembacaan dari karya St. Yohanes Eudes
Matahari merupakan lambang kedua Hati tak bernoda, Ratu surga dan bumi, yang telah diberikan kepada kita oleh Allah, pencipta langit dan bumi. Allah tidak menciptakan matahari fisik, sinar kekaguman kita, hanya untuk menerangi dunia fisik kita; tetapi Dia membuat juga gambaran kesempurnaan yang mengagumkan dalam Hati Ratu jagat raya yang berkilauan.
Kita harus ingat bahwa kekuasaan Allah yang tak terbatas telah membagi dunia yang besar ini menjadi tiga keadaan atau susunan yang berbeda, yaitu keadaan natural, keadaan rahmat dan keadaan kemuliaan. Kebijaksanaan Ilahi-Nya telah menjalin ikatan yang begitu sempurna. Ada hubungan dan kemiripan di antara tiga keadaan ini hingga apapun yang ada dalam keadaan natural adalah gambaran hal-hal yang termasuk dalam keadaan rahmat dan apapun yang termasuk dalam susunan alami dan susunan rahmat adalah gambaran apa yang akan dilihat dalam kemuliaan. Oleh karena itu, matahari yang sungguh merupakan inti dunia yang paling indah dan bersinar di balik cahayanya yang berkilauan memberikan kepada kita hanya bayangan samar dari Matahari surgawi kita, Hati Bunda Allah.
Kitab Suci menyebut matahari sebagai sebuah ciptaan yang mengagumkan, karya Tuhan Yang Mahakuasa. “Sebagai alat ajaib, buatan dari yang Mahatinggi. Agunglah Tuhan yang menciptakannya”. Tetapi kita dapat mengatakan bahwa Hati Bunda Allah yang paling mengagumkan merupakan karya tangan Allah Mahakuasa yang tak terbandingkan. Karya ini adalah ringkasan semua keajaiban-keajaiban yang telah Dia kerjakan dalam ciptaan-ciptaan dan akan merupakan obyek keabadian yang mengagumkan serta merupakan kesukaan para malaikat dan manusia. Sungguh agung Dia yang menciptakan hati Bunda Perawan karena kebesaran Ilahi-Nya nampak dalam Hatinya yang mengagumkan secara lebih jelas daripada dalam hal-hal lain yang menakjubkan dalam alam, rahmat dan kemuliaan.
Kitab Suci mengajarkan kepada kita bahwa matahari merupakan kemah Allah. “Dia telah memasang kemah bagi sang surya.” Hal ini secara tak terbatas lebih benar bagi Hati Santa Perawan Maria. Santo Ambrosius menerapkan kata-kata ini baginya, dan kita seharusnya secara khusus menghubungkannya kepada Hatinya, yang di dalamnya Allah berdiam dengan lebih mulia dan melakukan keajaiban-keajaiban jauh lebih besar daripada di dalam matahari dunia mana pun. Saya mendengar Bapa kekal bersabda bahwa takhta Putra Tunggal-Nya seperti matahari dihadapan wajah-Nya: “Takhtanya seperti matahari di hadapanku….” Apakah takhta Kristus ini, jika bukan Hati Bunda-Nya yang tercinta, yang olehnya Matahari yang selalu cemerlang bersinar di hadapan Bapa segala terang?
Jika matahari fisik menyinarkan cahayanya, memanaskan dan mempengaruhi semua makhluk hidup di bumi, masih lebih lagi yang dilakukan Matahari mistik ini, Hati Maria yang membuat cahaya sucinya, kehangatan ilahi dan pengaruh surgawinya dirasakan di mana-mana di surga dan bumi, oleh segala manusia dan para malaikat: “Tak ada seorang pun yang dapat menyembunyikan dirinya dari panas teriknya.” Matahari di bumi menggembirakan penduduk dunia bawah dengan sinar cahayanya; matahari surgawi memperkaya seluruh dunia dengan kasihnya yang besar dan tanpa batas kepada makhluk ciptaan Allah. Merupakan penghiburan bagi jiwa-jiwa yang menderita di api penyucian, kegembiraan kaum beriman di bumi, kemuliaan para malaikat dan para kudus di surga, dan kesukaan Tri Tunggal Maha Suci. St. Jermanus dari Konstantinopel menyebut Hati Maria sebagai kebahagiaan seluruh dunia. Dan St. Yohanes Damascenus mengatakan bahwa Hatinya merupakan samudera kesukaan yang tak ada habisnya. “Ambillah matahari yang menerangi dunia fisik kita,” kata Santo Bernardus, “akan jadi apakah hari? Ambillah Maria, bintang lautan, atau ambillah Hati Maria, Matahari sejati dunia Kristiani, dan apa yang tertinggal? Tanpa sinar Maria, tak satu pun tertinggal kecuali kegelapan yang pekat, bayangan kematian dan ketakutan malam suram.”