MINGGU BIASA XVIII
Iman berawal dan berakhir pada harapan, yakni harapan akan hidup
Pembacaan dari Surat, yang dikatakan berasal dari Barnabas
Salam kepadamu, putra dan putriku! Dalam nama Tuhan, yang mencintai kita, damai bersamamu! Sungguh kaya dan unggul anugerah Tuhan bagimu, betapa dalam akar dari rahmat kesucian yang telah tumbuh dalam hatimu, hingga aku sangat bergembira akan jiwamu yang terberkati dan mulia! Hal ini menambah kebahagiaanku dalam harapan akan keselamatanku sendiri, dengan menyaksikan betapa banyak rahmat Roh Tuhan yang dicurahkan ke dalam hatimu dari kekayaan sumber ilahi! Sesudah aku lama rindu untuk berjumpa denganmu, kenyataan yang aku saksikan benar-benar mengharukan aku.
Sekarang aku yakin dan sadar dengan penuh bahwa aku telah belajar banyak melalui pembicaraan denganmu, yaitu bahwa Tuhan mendampingi aku dalam perziarahan menuju kesucian, dan dengan demikian aku terdorong untuk mencintaimu lebih daripada hidupku sendiri.
Maka dari itu, seperti Dia, aku harus menganggap kamu lebih berharga bagiku daripada hidupku sendiri, karena besarnya iman dan cinta dalam hatimu dengan mengharapkan hidup dalam Kristus. Maka aku berpikir, bahwa, jika perhatianku kepadamu mendorong aku untuk berbagi dengan kamu sebagian daripada yang telah kuperoleh sendiri, maka aku akan mendapat ganjaran atas pelayananku dalam memimpin jiwa-jiwa seperti jiwamu. Jadi aku menulis kepadamu, agar kamu beroleh pengetahuan sempurna bersamaan dengan imanmu. Terdorong oleh alasan-alasan itu, aku bersusah payah untuk mengirimkan uraian singkat ini kepadamu. Semoga dengan ini, sejalan dengan perkembangan imanmu, kamu juga akan memiliki pengetahuan yang sempurna.
Pokok ajaran Tuhan ada tiga: iman, yang berawal dan berakhir dengan harapan, yakni harapan akan hidup kekal; keadilan, yang berawal dan berakhir dengan kesucian; dan karya-karya kesucian, dibuktikan oleh kasih, dan sukacita serta kegembiraan yang ditimbulkannya. Tambahan pula, dengan perantaraan para nabi, Guru kita telah menyingkapkan kepada kita tabir sejarah dari masa lampau dan masa sekarang. Bahkan Ia mengizinkan kita mencicipi buah-buah masa mendatang. Ini berarti bahwa, apabila kita menyaksikan peristiwa-peristiwa yang terjadi setapak demi setapak, tepat seperti apa yang dikatakan-Nya, hal ini harus lebih memperkaya dan mempertinggi rasa hormat dan takut akan Dia. Sekarang yang ingin saya usulkan – bukan sebagai guru, tetapi sebagai salah satu di antara kamu – ialah menguraikan beberapa gagasan kepadamu, untuk menggembirakan hatimu dalam keadaan yang kita hadapi sekarang.
Bila masa gelap menimpa kita, dan si jahat sedang meninggi kekuasaannya, kita harus memelihara jiwa kita dengan mempelajari dengan teliti peraturan-peraturan Tuhan. Takut akan Dia dengan tekun dan penuh hormat akan dapat memperkokoh iman, dikaitkan dengan penyerahan dan penguasaan diri. Asal kita berpegang teguh pada keutamaan-keutamaan ini, dan terus memandang Tuhan, maka Tuhan akan menganugerahkan kebijaksanaan, akal budi, pengetahuan dan pengertian untuk menemani kita dalam perjalanan.
Sungguh, Tuhan telah memberitahukan kepada kita lewat para nabi bahwa korban, korban bakaran dan persembahan itu sama sekali tidak Ia perlukan. Sabda-Nya: “Aku tidak menaruh perhatian akan semua korbanmu. Aku sudah jenuh akan korban bakaran; Aku juga tidak menginginkan lemak anak domba, darah lembu jantan atau domba jantan, dan juga tidak kehadiranmu di hadapan-Ku. Kamu tidak perlu datang lagi mengotori halaman-Ku. Tidak ada gunanya kamu memberikan persembahan sari gandum; dupa membuat Aku muak dan Aku tidak tahan akan pesta-pesta bulan barumu dan hari-hari Sabbat.”