Doa Tuhan

 

Dalam Injil Lukas, bukan Yesus yang punya inisiatif untuk mengajar murid-murid-Nya berdoa, tetapi para murid yang meminta.  Mereka melihat Yesus berdoa dan tertarik: Dia buat apa? Dia mengalami apa? Kami juga mau… Dan mereka membenarkan permohonan mereka dengan membandingkan diri dengan murid-murid Yohanes: Yohanes mengajar murid-muridnya … maka ajarilah kami juga.

Yesus tidak mengajar doa sebagai lectio, devosi, puasa, adorasi, meditasi, doa hening atau kontemplasi.   Yesus tidak memberi metode, tidak memberi petunjuk untuk posisi badan atau berapa kali sehari atau berdoa pada jam berapa.  Yesus berkata : “Apabila kamu berdoa, katakanlah … ”

Yesus mengajarkan doa yang miskin-minta segala-galanya.  Hari ini.  Setiap hari.  Bukan untuk besok.  Bukan terpujilah nama-Mu melainkan semoga nama-Mu dipuji.  Bukan bantulah kami membangun kerajaan-Mu melainkan datanglah kerajaan-Mu.  Bukan kehendak-Mu sedang terjadi di dalam diri kami -melainkan terjadilah.  Semua dalam kesadaran akan ketidakmampuan, kebutuhan, ketergantungan kita kepada Bapa.  Bukan syukurlah atas semua anugerah-Mu melainkan berilah kami secukupnya pada hari ini.  Ini adalah doa orang yang tak punya secukupnya hari ini.  Bukan jadilah kami kuat dan saleh melainkan ampunilah kami, lindungilah kami dari pencobaan dan dari yang jahat.  Ini adalah doa orang lemah yang tahu kecenderungannya akan dosa.

Yesus mengajar relasi dengan Bapa yang mengharapkan segala-galanya dari Bapa, hari demi hari.  Doa bukan suatu pengalaman istimewa, luar biasa, bukan di suatu tempat khusus, misalnya di tempat peziarahan.  Doa adalah suatu yang menjadi bagian dari hidup sehari-hari.  Kebiasaan-kebiasaaan kita yang terus-menerus diulangi: bangun, mandi, gosok gigi, berpakaian, makan, cuci piring, kerja, hidup bersama dalam suka dan duka, dalam tenang dan dalam pertengkaran – itulah tempat dan suasana doa.

Terjadilah kehendak-Mu hari ini…. berilah kami secukupnya untuk hari ini.  Minta apa yang diperlukan dengan kesadaran bahwa akan diberi menjadi pujian syukur yang paling dalam.  Mintalah, carilah, ketuklah… masakan tidak akan diberi?

Marilah kita semakin memahami dan menyadari bahwa  doa adalah ungkapan relasi, kepercayaan dan penyerahan seluruh diri  dan  keberadaan kita kepada Bapa, yang  tahu memberi apa yang terbaik bagi keselamatan kita.