Mengapa kita merindukan kebahagiaan? Allah menghendaki kita bahagia dan Allah telah menempatkan di dalam hati kita suatu kerinduan tidak terbatas akan kebahagiaan yang tidak dapat dipuaskan oleh apapun selain oleh Allah sendiri.
Tetapi seringkali kita pikir bahwa dengan mengikuti keinginan-keinginan kita maka kita akan bahagia dan kalau kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan kita tidak bahagia. Benarkah demikian?
Kebahagiaan bukanlah rasa enak atau sukacita. Karena rasa enak dan perasaan yang spontan tidak tahan lama. Itu bukan kebahagiaan. Orang juga bisa bahagia saat mengalami suatu yang tidak menyenangkan karena kebagiaan adalah perasaan yang lebih dalam dari perasaan dangkal atau enak. Maka kebahagiaan lebih dari suatu perasaan atau reaksi sekaligus tidak sama dengan sukacita. Kalau melihat lebih dalam di bawah perasaan bahagia ada kerinduan. Kita bahagia sebentar kalau mendapatkan apa yang kita rindukan karena langsung merindukan yang lain. Masalahnya bukan kerinduan tapi obyek yang mau dirindukan. Karena Allah menciptakan kita sebagai mahkluk yang memiliki kerinduan dan kerinduan kita tidak pernah bisa dipuaskan karena hati kita tidak terbatas. Hanya hal yang tak terbatas bisa memenuhi hati kita. Masalahnya kita merindukan hal yang terlalu kecil dan hal-hal kecil itu tidak bisa memenuhi hati kita karena hati kita terlalu besar. Hal-hal terbatas tidak pernah akan memuaskan.
“Kebahagiaan sejati tidak terletak dalam kekayaan, kemakmuran, tidak dalam ketenaran dan kekuasaan, juga tidak dalam karya manusia dan tidak dalam salah satu makhluk, tetapi hanya di dalam Allah, sumber segala yang baik dan segala cinta kasih (KGK 1723).
Santo Benediktus dalam peraturannya mengajak para rahib dan rubiah untuk mengarahkan diri pada hal-hal yang transenden. Untuk itu diperlukan pertobatan terus-menerus agar ‘hati menjadi lapang dan dapat berlari pada jalan perintah Allah dengan kemanisan kasih yang tak terungkapkan’ (Permulaan Prakata : 49).
Marilah kita tekun dalam jalan pertobatan demi memperoleh kebahagiaan sejati yang adalah Allah sendiri. Semoga Ia mengantar kita bersama ke hidup kekal (PSB 72:12).