“Barang siapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3: 36a), demikian Yohanes Pembabtis memberi kesaksian tentang Kristus kepada para muridnya dan St Lukas menulis “Keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Kis 4:12).
Kata-kata keselamatan, diselamatkan banyak terdapat dalam tulisan di Perjanjian Baru khususnya di masa Paskah ini yang mengajarkan pada kita bahwa Yesus menderita dan wafat bagi kita untuk menebus, menyelamatkan kita dari maut agar kita beroleh hidup kekal, inilah hidup yang menjadi dambaan dan kerinduan setiap manusia yang di lahirkan di bumi ini.
Pada perayaan Ekaristi Vigili Paskah, Gereja menyajikan bacaan-bacaan yang mengisahkan permulaan penciptaan sampai pada kebangkitan Yesus. Melaluinya umat diajak untuk melihat rangkaian sejarah keselamatan yang telah diperjuangkan oleh Allah.
Banyak diantara kita, umat manusia jaman ini tidak menyadari bahwa kita butuh diselamatkan dan ini bukan usaha manusia sendiri. Kita merasa aman sejauh semua baik-baik bagiku dan bagi orang lain. Rasa aman ini bukan yang dimaksudkan sebagai keselamatan Injili. Kita adalah ciptaan yang terbelenggu dengan keadaan berpusat pada diri sendiri; ini bukan rencana Allah atas kita.
Bila kita membaca dari kisah penciptaan, manusia pertama diciptakan dalam keadaan baik, indah dan benar, dengan berkat asali sebagai imam dan raja yang menuntun seluruh ciptaan untuk memuliakan Allah dan mengaturnya sebagai kelanjutan kerja sama dengan Allah. Namun semua anugerah itu dihilangkan oleh kejatuhan karena dosa pertama dan sejak itu manusia tidak menjalankan maksud dia diciptakan oleh Allah.
Berkali-kali Allah mengutus nabi-nabi agar umat manusia kembali kepada rencana yang dimaksudkan Allah, supaya mengalami kebahagiaan yang ingin Allah bagikan pada manusia sejak semula. Akhirnya Allah mengutus putra-Nya sendiri, yaitu Yesus Kristus, yang menunjukkan keadaan manusia yang belum jatuh dalam dosa. Sebagai Anak, relasi-Nya dengan Bapa sangat erat, dan hanya mau mencari kehendak Bapa dalam segalanya, termasuk Yesus mengalami penderitaan dan wafat karena penolakan manusia kepada Allah Bapa.
Melalui Yesus dan didalam Yesus, kita kembali kepada Bapa, sehingga kita mengalami keselamatan yang telah disediakan sejak semula.
Marilah kita mensyukuri anugerah agung ini yang diberikan Bapa kepada kita dalam Yesus Kristus melalui Gereja-Nya dan menjadi saksi kemuliaan Tuhan melalui hidup kita sehari-hari, bahwa tiada lagi yang kita inginkan kecuali hidup dalam Dia.